Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Penutupan Rapat
Kerja Nasional Rabithah Maahid Islamiyah
31/05/2007
Diselenggarakan
pada hari Senin, 21 Mei 2007 di Istana Negera
Bismillahirrahmanirrahiem
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Yang
saya hormati Saudara Menteri Agama Republik Indonesia
Yang
saya hormati Saudara Sekretaris Kabinet
Yang
saya hormati pimpinan PBNU
Yang
saya hormati pimpinan RMI dan jajaran pengurusYang saya muliakan para pimpinan
pondok pesantren, para ulama, para kiai hadir disini, sahabat-sahaban
yang memberikan tausiyah, nasehat, kritik kepada saya, kritik yang baik,
alhamdulillah saya ucapkan terima kasih.
Para
peserta rapat kerja, hadirin dan hadirat yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Pada kesempatan yang baik, semoga senantiasa penuh berkah ini, marilah sekali lagi, kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ridhonya kepada kita semua, masih diberi kekuatan dan kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita pada ummat dan pada bangsa dan negera. Kita juga bersyukur hari ini dapat bersilaturrahmi disini dengan niat yang baik untuk sama-sama meningkatkan apa yang dapat kita lakukan kepada bangsa kita.
Pada kesempatan yang baik, semoga senantiasa penuh berkah ini, marilah sekali lagi, kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ridhonya kepada kita semua, masih diberi kekuatan dan kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita pada ummat dan pada bangsa dan negera. Kita juga bersyukur hari ini dapat bersilaturrahmi disini dengan niat yang baik untuk sama-sama meningkatkan apa yang dapat kita lakukan kepada bangsa kita.
Sholawat
dan salam marilah sama-sama kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad Sholallahu alaihi wassalam besrta keluarga, sahabat dan
pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Saya
ingin menggunakan kesempatan yang membahagiakan ini mengucapkan selamat datang
pada para pengasuh pondok pesantren, para ulama, dan para kiai yang datang dari
seluruh tanah air. Saya pun ingin mengucapkan selamat atas telah
dilangsungkannyanya rapat kerja Rabithah Maahid Islamiyah, semoga silaturrahmi
dan rapat kerja kali ini dapat membawa manfaat dalam upaya meningkatkan
kualitas spendidikan serta membangun kerjasama yang lebih baik di antara
pondok-pondok pesantren di negeri kita.
Hadirin
yang saya hormati, saya sungguh bergembira, hari ini dapat berada di
tengah-tengah para ulama, para kiai, para pimpinan pondok pesantren, dari
seluruh tanah air. Bagi saya kehadiran para ulama dan para kiai di istana
negara ini membawa makna dan kesejukan tersendiri. Keteladanan, ketawadhuan,
keluasan ilmu dan keteguhan diantara para ulama telah menjadi inspirasi yang
tidak pernah kering kepada saya dalam menjalankan roda pemerintahan di negeri
tercinta ini. Sebagai kepala negara saya sungguh bersyukur karena kita memiliki
ribuan pondok pesantren yang tersebar di seluruh tanah air. Ribuan pondok
pesantren ini merupakan kekuatan, merupakan pusat kebajikan bagi ummat, bagi
bangsa yang tidak ternilai harganya.
Kehadiran
pondok pesantren di tanah air telah ada sejak tersebarnya agama Islam di
nusantara. Pada awalnya, pondok pesantren sebagai tempat pendidikan para santri
yang berkeinginan memperdalam ajaran Islam. Komunitas santri berkumpul di
pesantren-pesantren untuk memperdalam kitab suci Al Qur’an dan naskah-naskah
klasik. Pesantren menjadi sebuah lembaga atau institusi yang konsisten dalam
mengembangkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan berdasarkan nilai-nilai
agama. Pesantren menjadi tempat berkumpulnya tradisi intelektual keagamaan yang
khas di tanah air.
Di
zaman penjajahan pada waktu itu, pesantren tidak hanya berperan sebagai tempat
pendidikan agama Islam, tetapi juga berperan untuk membangun wawasan kebangsaan,
rasa kebangsaan, semangat kebangsaan kita. Pesantren telah banyak memberikan
sumbangan yang berarti dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pesantren
selain berperan penting dan mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa juga
berperan dalam perjuangan menentang penjajahan. Harus kita akui bahwa pesantren
dengan para kiai dan santrinya memiliki jasa yang amat besar terhadap bangsa
dan negara kita dalam mendorong pergerakan nasional dari masa ke masa untuk
menuju kemerdekaan Indonesia.
Para kiai dan santri dalam catatan sejarah
senantiasa mengobarkan perlawanan pada kaum penjajah.
Seiring
dengan berkembangnya metode pendidikan Islam, pola interaksi sosial para santri
serta perkembangan budaya, lambat laun pesantren berubah menjadi lembaga
pendidikan yang modern. Pesantren yang dulu dikenal sebagai lembaga pendidikan
paling sederhana, dengan kesederhanaan bangunan-bangunan fisik di lingkungan
pesantren, kesederhanaan hidup para santri, kepatuhan para santri pada kiainya,
serta sistem pengajaran tradisional, kini sebagian telah tumbuh menjadi lembaga
pendidikan yang modern. Namun kesederhanaan, kejuangan, kemandirian,
kebersamaan, dan keikhlasan tetap menjadi semangat yang meneguhkan pesantren
menjadi lembaga pendidikan yang tidak lapuk karena hujan dan tidak lekang
karena panas.
Hadirin
yang sama muliakan
Akhir-akhir ini kita dihadapkan pada berbagai persoalan ummat yang semakin beragam. Kita masih harus berupaya untuk meningkatkan kesejahtaraan rakyat, mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan taraf kehidupan bangsa kita agar semakin sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Tetapi di sisi lain, didunia ini masih ada bangsa-bangsa lain yang ada di belakang kita. Kita wajib menolong saudara-saudara kita dinegara lain itu, disamping mengejar ketertinggalan dengan saudara-saudara kita yang lebih dahulu maju. Kitapun dihadapkan pada tantangan dan permasalahan yang dapat meruntuhkan nilai-nilai moral. Oleh karena itu, pesantren diharapkan dapat berperan aktif bersama-sama pemerintah untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang kita hadapi itu. Pesantren dengan tradisi keilmuan dan kelembagaan dapat melakukan pencerahan, bimbingan kepada masyarakat melalui kegiatan pendidikan, kegiatan dakwah dan kegiatan sosial lainnya.
Dalam
perspektif Islam, pendidikan merupakan unsur yang paling mendasar, yang tidak
dapat melepaskan aspek-aspek teologis, aspek keagamaan. Para
santri selain diberi bekal ilmu-ilmu keagamaan juga dididik dengan sikap dan
perilaku yang rasional, yang inovatif dan yang kreatif. Hal ini sangatlah
penting agar para santri selain menguasai ilmu-ilmu agama, juga memiliki
kemandirian dan daya saing yang menjadi tema dalam rapat kerja kali ini. Untuk
memiliki daya saing, pesantren di era global harus mampu memberikan
pemikiran-pemikiran baru. Fikrah atau pemikiran yang dikembangkan tidak hanya
memikirkan keagamaan semata, tetapi juga pemikiran yang bersentuhan dengan
ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Sudah saatnya hadirin dan hadirat yang
saya muliakan, di era global ini, pesantren mengembangkan science dan teknologi
yang digali dari khasanah keislaman. Pesantren dituntut dapat mengaktualkan
teks-teks al Qur’an dan sunnah dalam kehidupan modern.
Kita
tidak boleh lupa pada sejarah bahwa pada masa awal kebangkitan Islam, pada
millennium pertama dulu, berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, ditemukan dan
dikembangkan oleh para pemikir Islam. Kita mengenal Ilmu Hayat, atau biologi,
ilmu astronomi, Al Jabar atau matematika dan ilmu-ilmu lainnya yang digali oleh
para pemikir Islam. Saya melihat akhir-akhir ini telah banyak pondok pesantren
yang menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan dan
bahasa pengantar pendidikan. Melalui kemampuan berbahasa Arab, para santri
memiliki dasar-dasar untuk belajar agama Islam langsung dari sumber aslinya
yang berbahasa Arab. Sementara penguasaan bahasa Inggris merupakan bagian upaya
untuk mempelajari pengetahuan umum dan memungkinkan kita untuk dapat
berkomunikasi dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.
Saya
sering mengatakan bahwa peradaban Islam pada millennium pertama sangat maju,
lebih maju daripada peradaban yang lainnya. Millennium kedua, kita relatif
tertinggal. Sekarang kita memasuki millennium ketiga, saya yakin, karena banyak
sekali pemikir-pemikir Islam, tehnolog Islam, ahli-ahli dari kalangan Islam
yang bisa memberikan solusi pada permasalahan dunia. Ketika saya diminta oleh
Universitas Ibnu Saud di Saudi Arabia waktu itu, saya memberikan ceramah dengan
judul “Membangun Peradaban Islam di Millennium ke Tiga” karena saya yakin, kita
dapat membangun kembali peradaban kita, civilization
kita, yang bisa memberikan solusi memecahkan masalah-masalah kemanusiaan,
masalah keduniaan. Pemahaman dan pengejawantahan aspek-aspek ideologis tentu
saja dapat diselaraskan dengan wawasan ilmu pengetahuan kontemporer.
Para peserta silaturrahim dan
rapat kerja yang saya muliakan
Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal. Yang pertama, selain saya mendengar bahwa pondok pesantren sekarang ini lebih dari sekedar menyelenggarakan pendidikan keagamaan, tetapi lebih dari itu berkontribusi kesejahteraan bagi warga pondok pesantren, bagi ummat, dan akhirnya bagi seluruh bangsa, ini sungguh mulia.
Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal. Yang pertama, selain saya mendengar bahwa pondok pesantren sekarang ini lebih dari sekedar menyelenggarakan pendidikan keagamaan, tetapi lebih dari itu berkontribusi kesejahteraan bagi warga pondok pesantren, bagi ummat, dan akhirnya bagi seluruh bangsa, ini sungguh mulia.
Saya
senang, tadi ada rekomendasi kepada saya, kepada pemerintah, harap juga disampaikan
kepada para gubernur, para bupati dan para walikota, karena pada hakekatnya
tugas pemimpin tiada lain adalah terus menerus berikhtiar untuk meningkatkan
kesejahteraan ummat dan rakyatnya.
Alhamdulillah,
ekonomi kita sudah mulai tumbuh. Sesungguhnya, kalau ekonomi tumbuh sekitar
5.56 persen dua tahun berturut-turut, artinya sektor riil juga tumbuh. Kalau
ekonomi kita tumbuh 6 persen, sektor riil akan tumbuh lebih tinggi, Cuma belum
semua sektor riil tumbuh tinggi, masih ada yang rendah, masih ada yang jalan
ditempat. Tugas kita terus menerus mengupayakan agar sektor riil tumbuh di
seluruh Indonesia,
dari Sabang sampai Merauke, di daerah pedesaan juga mengalami kemajuan yang
berarti. Ini memerlukan tekad kita semua. Pemerintah, sesuai dengan pertumbuhan
ekonomi, sesuai dengan peningkatan anggaran pendapatan dan belanja negara, dan
APBD, kita terus meningkatkan anggaran untuk pengentasan kemiskinan, termasuk
anggaran pendidikan dan kesehatan, termasuk anggaran untuk pendidikan agama.
Tahun
2004, ketika saya mengemban amanah, anggaran untuk mengurangi kemiskinan
sekitar 19 trilyun, tahun 2005 kita naikkan 24 trilyun, tahun 2006 naik menjadi
42 trilyun, tahun ini 51 trilyun. Insyaallah, pemerintah akan bersama-sama
dengan DPR bisa meningkatkan lagi anggaran kemiskinan untuk tahun depan lebih
dari 50 trilyun agar upaya untuk membangun rakyat kecil, rakyat yang masih
miskin, usaha kecil dan menengah di lingkungan pondok pesantren, dapat diadakan
lebih besar lagi. Syaratnya para pemimpin di seluruh Indonesia betul-betul
turun ke lapangan, melihat keadaan secara nyata, menentukan prioritas mana yang
harus dibantu lebih dahulu, mana yang kemudian, agar betul-betul dapat
dialokasikan kepada yang betul-betul memerlukan sebagai modal untuk usaha kecil
dan menengah. Saya telah menyampaikan kepada fihak perbangkan dan Bank Rakyat Indonesia
misalnya dan lain-lainnya agar dapat memberikan modal pada usaha kecil dan
menengah, termasuk di lingkungan pondok pesantren.
Para
pemimpin daerah, para bupati, walikota, juga mencari solusi kalau para pencari
modal tidak dapat memberikan agunan, jaminannya apa, bisa dibantu karena uang
tidak kemana-mana jika digunakan dengan benar karena tidak ada didalam sejarah,
usaha kecil menghilangkan uang negera, dalam jumlah besar, bahkan ketika
usaha-usaha besar bangkrut, yang jumlah uang yang hilang begitu besar, yang
mestinya bisa menjadi kewajiban moral bagi negara dan bagi rakyatnya. Tetapi
usaha kecil itu pada umumnya aman, apalagi dibimbing, dibina, diarahkan. Oleh
karena itu, saya jelaskan karena keputusan politik sudah diberikan, kebijakan
politik, kebijakan perbankan telah diberikan untuk mengalirkan modal dengan
bunga yang tidak terlalu tinggi disertai bimbingan kepada masyarakat luas dan
usaha kecil dan menengah agar sektor riil di desa-desa segera bergerak.
Kemarin
saya melakukan kunjungan mendadak di sebuah desa, namanya desa Karang Tengah di
Kab. Bogor.
Saya sengaja melakukan kunjungan secara mendadak sebab kalau dipersiapkan,
semuanya dipersiapkan, kadang-kadang diatur pembicaraannya, tempat yang baik
dan lain-lain. Kemarin saya datang ke desa apa adanya, betul-betul apa adanya.
Saya lihat tempat-tempat yang seharusnya menjadi prioritas pembangunan, masalah
pendidikan, masalah kesehatan, masalah usaha kecil, masalah keamanan, masalah
tanah longsor, masalah minyak tanah, pupuk dan saya berdialog dengan tiga
pimpinan pondok pesantren, saya ingin tahu kehidupan beragama, lepas semua
bicaranya. Saya senang sekali karena asli, tidak dipoles-poles, itu suara
rakyat, itu harapan rakyat. Kalau dikritik, dikritik, kalau terima kasih,
terima kasih. Kejujuran dinegeri ini, kita rindu seperti ini, kalau benar
dikatakan benar, kalau salah dikatakan salah, yang baik dikatakan baik, yang
jelek dan belum baik ya dikatakan jelek dan belum baik. Dengan demikian,
menjadi kita tidak dholim pada diri sendiri, tetapi bersma-sama memperbaiki
kekurangan meningkatkan upaya perbaikan.
Dari
pengalaman ini, yang insyaallah akan saya lakukan di tempat lain, dapat saya
simpulkan bahwa rakyat kita hidup sederhana, kehidupan sehari-hari tidak
muluk-muluk, tidak bicara politik yang tinggi-tinggi, tapi benar. Itul
kewajiban kita memastikan bahwa program penyaluran anggaran betul-betul sampai
pada sasarannya, tidak belok ke sana
kemari, dengan demikian hasilnya akan semakin baik.
Saya
minta saudara menteri agama mempelajari rekomendasi dari rapat kerja ini, yang
baik tolong berikan dukungan, komunikasikan pada fihak lain, apa yang bisa kita
lakukan untuk meningkatkan kualitas pondok-pondok pesantren dengan demikiran dapat
meningkatkan kehidupan rakyat secara keseluruhan.
Yang
kedua saya ingin mengajak, untuk, bahasa kerennya mengkampanyekan, bukan
kampanye politik, yaitu mensosialisasikan, mengajak, membumikan, menghidupkan
agar kita tidak melakukan tiga jangan. Jangan yang pertama, janganlah kita
menggunakan kebebasan tanpa batas. Kebebasan tanpa akhlak berbahaya, masyarakat
manapun, negera manapun, bangsa manapun, kalau kebebasan itu menjadi panglima,
tidak peduli kebebasan itu mengganggu yang lain, atau tidak disertai dengan
akhlak, hampir pasti masyarakat akan runtuh. Mari kita gunakan kebebasan dengan
tanggung jawab yang tinggi. Demokrasi harus menjadi panglima, kebebasan harus
dimiliki, tapi kebebasan di negera ini haruslah kebebasan yang bertanggung
jawab. Kebebasan dengan akhlak kebebasan yang bikin nyaman, bikin tenteram.
Mari kita dorong kebebasan dan demokrasi tanpa menimbulkan kerusakan bagi
kehidupan masyarakat kita. Itu jangan dipertaruhkan.
Yang
kedua, janganlah kita biarkan masyarakat kita, mengejar kesenangan duniawai
semata, kesenangan duniawai yang berlebihan yang disebut dengan hedonisme. Saya
sering berkunjung di kota-kota besar di Indonesia, sekali-kali saya berkunjung
ke luar negeri bahwa salah satu bahaya globalisasi, adalah tumbuhnya gaya hidup
global yang kadang-kadang hedonistik, mengejar kesenangan duniawi, yang kaya
hidupnya bermewah-mewahan, berboros-borosan, ikut-ikutan, dan seterusnya. Ini
berbahaya. Mari kita jaga negeri kita untuk menghindari gaya hidup seperti ini. Pertama, Islam
mengajarkan harus ada keseimbangan antara dunia dan akhirat, bayangkan kalau
semuanya dipuas-puaskan untuk kepetingan dunia, jadi apa kepribadian akhlak dan
perilaku kita.
Yang
kedua, kita sedang membangun, jangan berlebihan, tolonglah Bantu kau papa, kaum
fakir miskin, semuanya memerlukan bantuan, jangan dimewah-mewahkan, jangan
dihabis-habiskan, untuk mengejar, sekali lagi, kesenangan duniawi semata. Kita
perlukan kesetiakawanan, kita memerlukan kebersamaan dengan saudara-saudara
kita yang belum mampu. Mari kita membangun Indonesia.
Dan
yang ketiga, jangan mengembangkan budaya fitnah, hati-hati, jangankan pemimpin,
jangankan tokoh, orang seorangpun hati-hati dalam bertutur kata. Bayangkan
kalau negera kita menjadi lautan fitnah, menuduh orang sembarangan, mereka
punya anak punya istri, punya saudara. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan,
belum lagi yang difitnah karena mencemarkan nama baik, menuntut ke pengadilan,
menuntut proses hukum, seperti apa negera kita, yang tentram dan damai, tuntut
menuntut, kontrolnya ada dalam diri kita. Mari kita contoh rasulullah, Nabi
Muhammad SAW, tutur katanya, perilakunya, sikapnya, cara berkomunikasi dan
seterusnya.
Jadi
dalam pertemuan yang mulia ini, saya mengajak untuk tidak mengembangkan tiga
“jangan”. Mengembangkan kebebasan tanpa batas, tanpa akhlak, jangan hidup
berlebihan sampai menimbulkan hedonisme, dan jangan kita mengembangkan budaya
fitnah yang menimbulkan keonaran diantara kita.
Hadirin
sekalian yang saya muliakan
Akhirnya, saya mengajak sekali lagi, para para pengasuh pondok pesantren di seluruh tanah air, menjadikan pondok pesantren sebagai tempat pendidikan yang konsisten dalam mengembangkan pendidikan agama Islam. Peran pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam harus mempu meningkatkan keualitas pendidikan insani yang memiliki daya saing di era global. Yang jelek-jelek kita lawan, kita tekan, yang baik-baik kita ambil. Kita akan menjadi bangsa yang besar kalau kita cerdas dan arif mensikapi globalisasi. Ingatlah sumberdaya insani yang sangat mulia, professional dan tangguh dalam menghadapi persaingan diantara berbagai bangsa di dunia.
Kepada
para peserta, sekali lagi saya ucapkan selamat atas berhasilnya rapat kerja
nasional. Saya turut berdoa semoga rapat kerja yang baru dilaksanakan
benar-benar dapat mendukung peran dan fungsi asosiasi pondok pesantren seluruh Indonesia dalam
meningkatkan kinerjanya serta dalam membangun kerjasama untuk pondok pesantren
kita. Kepada saudara menteri agama dan diteruskan kepada menteri pendidikan
nasional, saya minta memberi perhatian secara sungguh-sungguh terhadap
keberadaan pondok pesantren di seluruh Indonesia. Berikan bimbingan,
pembinaan dan bantuan agar ribuan pondok pesantren yang kita miliki dapat terus
berkembang dan membangun ummat.
Akhirnya
saya berdoa kehadirat Allah Subhanahuwattala
semoga perjuangan, pengabdian para pengasuh pondok pesantren
diseluruh tanah air dicatat sebagai amal sholeh dihadapan Allah SWT.
Demikian
yang dapat saya sampaikan semoga tuhan yang maha besar memberikan bimbingan,
petunjuk dan hidayah kepada kita. Sekian,
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakaatuh.