Sejarah terciptanya aksara Jawa
Bermula dari Cerita Ajisaka
Pada jaman dahulu, di Pulau Majethi hidup seorang satria tampan
bernama Ajisaka. Selain tampan, Ajisaka juga berilmu tinggi dan sakti
mandraguna. Sang Satria mempunyai dua orang punggawa, Dora dan Sembada namanya.
Kedua punggawa itu sangat setia kepada pemimpinnya, sama sekali tidak pernah
mengabaikan perintahnya. Pada suatu hari, Ajisaka berkeinginan pergi berkelanan
meninggalkan Pulau Majethi. Kepergiannya ditemani oleh punggawanya yang bernama
Dora, sementara Sembada tetap tinggal di Pulau Pulo Majethi, diperintahkan
menjaga pusaka andalannya. Ajisaka berpesan bahwa Sembada tidak boleh
menyerahkan pusaka tersebut kepada siapapun kecuali kepada Ajisaka sendiri.
Sembada menyanggupi akan melaksanakan perintahnya.
Ganti cerita, pada masa itu di tanah Jawa terdapat negara yang terkenal makmur, tertib, aman dan damai, yang bernama Medhangkamulan. Rajanya bernama Prabu Dewatacengkar, seorang raja yang luhur budinya serta bijaksana. Pada suatu hari, juru masak kerajaan mengalami kecelakaan, jarinya terbabat pisau hingga terlepas. Ki Juru Masak tidak menyadari bahwa potongan jarinya tercebur ke dalam hidangan yang akan disuguhkan kepada Sang Prabu. Ketika tanpa sengaja memakan potongan jari tersebut, Sang Prabu serasa menyantap daging yang sangat enak, sehingga ia mengutus Sang Patih untuk menanyai Ki Juru Masak. Setelah mengetahui bahwa yang disantap tadi adalah daging manusia, sang Prabu lalu memerintahkan Sang Patih agar setiap hari menghaturkan seorang dari rakyatnya untuk santapannya. Sejak saat itu Prabu Dewatacengkar mempunyai kegemaran yang menyeramkan, yaitu menyantap daging manusia. Wataknya berbalik seratus delapanpuluh derajat, berubah menjadi bengis dan senang menganiaya. Negara Medhangkamulan beubah menjadi wilayah yang angker dan sepi karena rakyatnya satu persatu dimangsa oleh rajanya, sisanya lari menyelamatkan diri. Sang Patih pusing memikirkan keadaan, karena sudah tidak ada lagi rakyat yang bisa dihaturkan kepada rajanya.
Pada saat itulah Ajisaka bersama punggawanya, Dora, tiba di
Medhangkamulan. klawan punggawane, Dora, tumeka ing Medhangkamulan. Heranlah
Sang Satria melihat keadaan yang sunyi dan menyeramkan itu, maka ia lalu
mencari tahu penyebabnya. Setelah mendapat keterangan mengenai apa yang sedang
terjadi di Medhangkamulan, Ajisaka lalu menghadap Rekyana Patih,
menyatakan kesanggupannya untuk menjadi santapan Prabu Dewatacengkar.
Pada awalnya Sang Patih tidak mengizinkan karena merasa sayang bila
Ajisaka yang tampan dan masih muda harus disantap Sang Prabu, namun
Ajisaka sudah bulat tekadnya, sehingga akhirnya iapun dibawa menghadap Sang
Prabu. Sang Prabu tak habis pikir, mengapa orang yang sedemikian tampan dan
masih muda mau menyerahkan jiwa raganya untuk menjadi santapannya.
Ajisaka mengatakan bahwa ia rela dijadikan santapan sang Prabu asalakan
ia dihadiahi tanah seluas ikat kepala yang dikenakannya. Di samping itu, harus
Sang rabu sendiri yang mengukur wilayah yang akan dihadiahkan tersebut. Sang
Prabu menyanggupi permintaannya. Ajisaka kemudian mempersilakan Sang Prabu
menarik ujung ikat kepalanya. Sungguh ajaib, ikat kepala itu seakan tak ada
habisnya. Sang Prabu Dewatacengkar terpaksa semakin mundur dan semakin mundur,
sehingga akhirnya tiba ditepi laut selatan. Ikat kepala tersebut kemudian
dikibaskan oleh Ajisaka sehingga Sang Prabu terlempar jatuh ke laut.
Seketika wujudnya berubah menjadi buaya putih. Ajisaka kemudian menjadi raja di
Medhangkamulan.
Setelah dinobatkan menjadi raja Medhangkamulan, Ajisaka mengutus
Dora pergi kembali ke Pulo Majethi menggambil pusaka yang dijaga oleh
Sembada. Setibanya di Pulo Majethi, Dora menemui Sembada dan menjelaskan
bahwa ia diperintahkan untuk mengambil pusaka Ajisaka. Sembada tidak mau
memberikan pusaka tersebut karena ia berpegang pada perintah Ajisaka
ketika meninggalkan Majethi. Sembada yang juga melaksanakan
perintah Sang Prabu memaksa meminta agar pusaka tersebut diberikan
kepadanya. Akhirnya kedua punggawa itu bertempur. Karena keduanya sama-sama
sakti, peperangan berlangsung seru, saling menyerang dan diserang, sampai
keduanya sama-sama tewas.
Kabar mengenai
tewasnya Dora dan Sembada terdengar oleh Sang Prabu Ajisaka. Ia sangat menyesal
mengingat kesetiaan kedua punggawa kesayangannya itu. Kesedihannya mendorongnya
untuk menciptakan aksara untuk mengabadikan kedua orang yang dikasihinya itu,
yang bunyinya adalah sebagai berikut:
Ha Na Ca Ra Ka
ada
utusan
Da TA Sa Wa La
saling
berselisih pendapat
Pa Dha Ja Ya Nya
sama-sama
sakti
Ma Ga Ba Tha Nga
sama-sama
mejadi mayat
Berikut 20 huruf jawa dan makna yang terkandung didalamnya.
HA = Hana hurip wening suci (Adanya hidup adalah kehendak yang Maha Suci)
NA = Nur candra,gaib candra,warsitaning candara (harapan manusia hanya selalu ke sinar Ilahi)
CA = Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi (satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal)
RA = Rasaingsun handulusih (rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani)
KA = Karsaningsun memayuhayuning bawana (hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam)
DA = Dumadining dzat kang tanpa winangenan (menerima hidup apa adanya)
TA = Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa (mendasar ,totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup)
SA = Sifat ingsun handulu sifatullah (membentuk kasih sayang antar sesama, Hablum Minallah dan Hablum Minannas)
WA = Wujud hana tan kena kinira (ilmu manusia hanya terbatas namun bisa juga tanpa batas ,atas IJIN ALLAH)
LA = Lir handaya paseban jati (mengalirkan hidup semata pada tuntunan Ilahi)
PA = Papan kang tanpa kiblat (Hakekat Allah yang ada di segala arah)
DhA = Dhuwur wekasane endek wiwitane (Untuk bisa di atas tentu dimulai dari dasar)
JA = Jumbuhing kawula lan Gusti (selalu berusaha menyatu -memahami kehendakNya)
YA = Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi (yakin atas titah /kodrat Ilahi)
NYA = Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki (memahami kodrat kehidupan)
MA = Madep mantep manembah mring Ilahi (yakin – mantap dalam menyembah Ilahi)
GA = Guru sejati sing muruki (belajar pada guru sejati)
BA = Bayu sejati kang andalani (menyelaraskan diri pada gerak alam)
THA = Tukul saka niat (sesuatu harus tumbuh dari niat)
NGA = Ngracut busananing manungso (melepaskan egoisme pribadi-manusia)A
Makna Huruf Jawa.
Kandungan Makna Huruf Jawa
HA -Huripku cahyaning Allah (hidupku adalah cahaya Allah).
Sebelum ada apa-apa dan sebelum alam semesta beserta isinya ini tercipta adalah sang hidup ya allah yang berada dialam awing-uwung yang tiada awal dan akhir, yaitu alam kahanan Allah yang masih rahasia/alam sejati. Sebelum alam semesta tercipta Allah berkehendak menurunkan roh suci/cahaya allah/nur Muhammad, ya cahaya allah itulah hidupku, hidup kita yang maha suci. Alam sejati adalah alam yang tidak mengandung anasir-anasir yang berbeda di dalam tubuh manusia dimana cahaya allah bersemayam, alam sejati diselubungi/menyelubingi dua alam beranasir, yaitu halus (ghaib) dan kasar (nyata), dapat pula diartikan badan manusia berada di alam sejati.
NA –Nur hurip cahya wewayangan (Nur hidup cahaya yang membayang)hidup merupakan kandang nur yang memancarkan cahaya kehidupan yang membayang yang merupakan rahasia Allah, kehidupan yang maha mulia. Tri tunggal maha suci berada dipusat hidup. Sang tri tunggal adalah Allah ta’ala/gusti Allah/guru sejati dan roh suci/nur Muhammad/pepanjer. Diuraikan diatas bahwa ketiga alam yaitu badan kasar,badan halus dan alam sejati mengambil ruang didalam badan jasmani kasar secara bersamaan, namun kebanyakan kita tidak/belum menyadari akan alam sejati atau samar-samar, nur hidup bagaikan cahaya samar yang membayang.
CA –Cipta rasa karsa kwasa (Cipta rasa karsa kuasa)Nur hidup member daya kepada rasa/sir artinya cahaya allah/roh suci menghidupkan rasa/rasa sejati/sir yang merupakan sumber kuasa,kemudian rasa/ rahsa sejati/ sir menghidupkan roh/ sukma yang merupakan adanya cipta.
RA –Rasa kwasa tetunggaling pangrih (Rasa kuasa akan adanya satu-satunya wujud kendali/yang memerintah)Rasa/rahsa sejati/sir yang memberi daya hidup kepada roh/sukma sehingga roh/ sukma dapat menguasai nafsu sehingga terjadilah sifat yang maha tinggi.
KA -Karsa kwarsa kang tanpa kersa lan niat (karsa kuasa tanpa disadari oleh kehendak dan niat).Yang mendasari kuasa agung adalah kasih yang tulus tanpa kehendak tanpa niat. Pamrihnya hanyalah terciptanya kasih yang berkuasa memayu hayuning bawana alit (diri sendiri) dan bawana ageng (lingkungan).
DA –Dumadi kang kinarti (Tumita menjadi ada terjadi dengan membawa maksud, rencana dan makna)Ini berkaitan dengan karsa Allah menciptakan manusia, makhluk lain dan alam semesta beserta isinya yang sesuai dengan rencana Allah.
TA –Tetep jumeneng ing dzat kang tanpa niat (Tetap berada dalam zat yang tanpa niat)Dat atau zat tanpa bertempat tinggal yang merupakan awal mula adalah zat maha suci yang bersifat esa, langgeng dan eneng, hidup sejati kita menyatu dan berada didalam zat. Maka didalam kehidupan saat ini agar selaras dengan dzat yang maha suci, situasi tanpa kehendak/ niat atau mati sajroning urip (mati didalam hidup) dengan kata lain hidup didalam kematian seyogyanya diupayahkan.
Sa - Sifat hana kang tanpa wiwit (sifat ada yang tanpa awal)Ini adalah sifat sang hidup Ini adalah sifat sang hidup (Allah) dialam sejati tiada awal dan tiada akhir
“AKULAH ALPHA DAN OMEGA” demikian pula hidup sejatinya manusia sudah ada sebelumnya, tiada awal mula yang bersatu dialam sejati yang langgeng yang merupakan kerajaan/kahanan Allah ya sangkang paraning dumadi.
WA –Wujud hana tan kena kinikira (Wujud ada tiada dapat diuraikan/dijelaskan)Adanya wujud namun tiada dapat diuraikan/dijelaskan, ini adalah menerangkan keadaan Allah, yang sangat serba samar, tiada rupa, tiada bersuara, bukan lelaki bukan perempuan, tiada terlihat, tiada bertempat, dijamah disentuh tiada dapat, sebelum adanya dunia dan akhirat yang ada adalah hidup kita.
LA –Lali eling wewatasane (Lupa ingat adalah batasnya)Untuk dapat selalu berada didalam jalan keselamatan/rahayu maka haruslah selalueling/ingat akan sangkan paraning dumadi dan eling akan menitahkan/sumber hidup, selalu ingat akan tata laku setiap tindak-tanduk yang dijalankannya agar selaras dengan karsa Allah. Lali/lupa akan menjauhkan diri dari sangkan paraningdumadi dan menjerumuskan ke dalam kegelapan.
PA –Papan kang tanpa kiblat (Papan tak berkiblat)Ini adalah menerangkan alam sejati atau kerajaan Allah yang tiada dapat diterangkan bagaimana dan dimana orientasinya, bagaikan papan yang tiada utara-selatan-barat-timur-atas-bawah (gemandul tanpa centelan).
DHA –Dhuwur wekasane endhewiwitane (tinggi luhur pada akhirnya ,rendah pada awalnya)Untuk memperoleh tingkatan luhuring batin menjadi insane kamil/insane sempurna memang tidak dapat seketika, mesti diperoleh setapak-setapak dari bawah demikian pula dalam hal ilmu kesempurnaan, dalam mencapai tataran ma’rifat tidaklah dapat langsung melopncat untuk bisa mengetahui dan memahami makna HA maka haruslah dicapai dari NGA, sebelum mencapai sembah rasa haruslah dilalui sembah raga dan sembah jiwa/kalbu terlebih dahulu
.JA –Jumbuhing kawula lan gusti (Bersatunya antara hamba dan tuannya)Bersatunya titah dan yang menitahkannya, untuk mencapainya maka kesempurnaan hiduplah yang di upaya yaitu sesuai apa yang dimaksud dalam syahadat, maka semasa hidup didunia bersatunya/sinkronisasi roh sejati, ingsun yang jumeneng pribadi dan busana kamanungsan haruslah terjaga. Bagaikan keris manjing dalam warangkanya dan warangka manjing di dalam keris . untuk mencapai kesatuan antara kawula lan gusti (manunggaling kawula gusti) maka tuntutan seorang guru yaitu guru sejati (didalam diri) menjadi dominan, untuk memperolehnya maka tidaklah mudah harus dengan disiplin keras bagaikan kerasnya usaha sunan kalijaga (dalam suluk linglung) yang digambarkan melalui seorang bima menemukan dewa ruci dalam mencari tirta pawitra.
YA –Yen rumangsa tanpa kersa (kalau merasa tanpa berkehendak)Hanya rela, neriman/ikhlas,pasrah kepada Allah tanpa pamrih lain-lain namun karena dorongan kasih sajalah yang akhirnya dapat menjadi perekat yang kuat antara asal dan tujuan.
NYA –Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diwuruki ( melihat tanpa mata, mengerti tanpa diajari)Kalau anugerah Allah telah diterima. Maka dapat melihat hal-hal yang kasat mata karena mata batin telah terbuka, selain itu kuasa-kuasa agung akan diberikan oleh Allah lewat guru sejati sehingga kegaiban-kegaiban yang merupakan misteri kehidupan dapat dimengertinya dan di selaminya, mendapatkan ilmu kasampurnaan dari sanubarinya.
MA –Mati bisa bali (Mati bisa kembali).Kasih Allah yang luar biasa selalu memberikan ampunan kepada setiap manusia yang mati terjatuh dalam dosa dan salah. Matinya raga atau badan hanyalah matinya keempat anasir (unsur-unsur api, air, hawa, dan tanah) yang tadinya tiada kembali ketiada,namun roh yang sifatnya kekal tiada pernah mati akan kembali kea lam sejati yang tiada awal dan tiada akhir, namun apabila selama hidupnya didunia tidak sesuai dengan karsa Allah, melupakan Allah dan ajaran guru sejati, tiada dapat ngeracut busana kamanungsannya untuk tindakan-tindakan budi luhur maka tidaklah dapat langsung kembali kealam sejati, namun terperosok kesasar kea lam yang tingkatnya lebih rendah sesuai bobot kesalahannya, atau dititahkan kembali yang kesemua itu untuk dapat memperbaiki kesalahannya.
GA –Guru sejati kang muruki (Guru sejati yang mengajari)Sumber dari segala sesuatu adalah Allah,yang dipancarkan lewat guru sejati, maka hanya kepadanyalah tuntunan harusnya diperoleh. Petunjuk guru sejati hanya dapat berhasil meracut busana kamanungsanya. (Mengendalikan hawa nafsu/keinginan), disinilah akan tercapai guruku ya AKU, muridku ya AKU.
BA –Bayu sejati kang hanadalani (Dengan bantuan bayu sejati)Daya kekuatan sejati yang merupakan bayangan daya kekuatan Allah lah yang mendorong pencapaian tingkatyang lebih tinggi atau maksud spiritual yang berarti.
THA –Thukul saka niat (Tumbuh dari niat)Niat menuju kearah sangkan paraning dumadi yang didasari kesucian, tanpa kehendak ataupun keinginan ataupun pamrih keduniawian timbul niat suci karena dasarnya adalah cinta dan kasih ilahi
NGA –ngeracut busananing manungsa (merajut pakaian-pakaian kemanusiaannya) Busana kemanusiaan adalah empat anasir yang dimanifestasikan dalam wujud sedulur papat serta lima sedulur lainnya, kesembilan saudara tersebut harus dikuasai , dijalin dnegan memahami kelebihan dan kekurangan agar tercapai iklim harmoni dalam perjalanan hidup didunia ini yang pada akhirnya tercapilah kesempurnaan/keselamatan hidup.
Filosofi jawa
Orang jawa pada jaman dahulu sopan santun dalam kesehariannya itu lebih tinggi dari pada jawa sekarang yang seakan sudah banyak yang lupa akan asal usulnya.Orang jawa pada jaman dahulu selalu menggunakan filosofi jawa untuk menata dan mengatur kehidupan sehari-hari.Mungkin 10 filosofi jawa di bawah ini bisa kita terapkan pada diri kita sebagai pedoman untuk kehidupan yang lebih baik.
10 Falsafah yang sering digunakan orang jawa :
1. Urip Iku Urup
Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita,semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.
2. Memayu Hayuning Bawana,Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan,kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
3. Sura Dira Jaya Jayaningrat,Lebur Dening Pangastuti
Segala sifat keras hati, picik,angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak,lembut hati dan sabar.
4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa
tanpa mengandalkan kekuasaan,kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.
5. Datan Serik Lamun Ketaman,Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah terheran-heran.Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut.Jangan mudah ngambeg, jangan manja.
7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.
8. Aja Kuminter Mundak Keblinger,Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah,Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti
HA = Hana hurip wening suci (Adanya hidup adalah kehendak yang Maha Suci)
NA = Nur candra,gaib candra,warsitaning candara (harapan manusia hanya selalu ke sinar Ilahi)
CA = Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi (satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal)
RA = Rasaingsun handulusih (rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani)
KA = Karsaningsun memayuhayuning bawana (hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam)
DA = Dumadining dzat kang tanpa winangenan (menerima hidup apa adanya)
TA = Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa (mendasar ,totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup)
SA = Sifat ingsun handulu sifatullah (membentuk kasih sayang antar sesama, Hablum Minallah dan Hablum Minannas)
WA = Wujud hana tan kena kinira (ilmu manusia hanya terbatas namun bisa juga tanpa batas ,atas IJIN ALLAH)
LA = Lir handaya paseban jati (mengalirkan hidup semata pada tuntunan Ilahi)
PA = Papan kang tanpa kiblat (Hakekat Allah yang ada di segala arah)
DhA = Dhuwur wekasane endek wiwitane (Untuk bisa di atas tentu dimulai dari dasar)
JA = Jumbuhing kawula lan Gusti (selalu berusaha menyatu -memahami kehendakNya)
YA = Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi (yakin atas titah /kodrat Ilahi)
NYA = Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki (memahami kodrat kehidupan)
MA = Madep mantep manembah mring Ilahi (yakin – mantap dalam menyembah Ilahi)
GA = Guru sejati sing muruki (belajar pada guru sejati)
BA = Bayu sejati kang andalani (menyelaraskan diri pada gerak alam)
THA = Tukul saka niat (sesuatu harus tumbuh dari niat)
NGA = Ngracut busananing manungso (melepaskan egoisme pribadi-manusia)A
Makna Huruf Jawa.
Kandungan Makna Huruf Jawa
HA -Huripku cahyaning Allah (hidupku adalah cahaya Allah).
Sebelum ada apa-apa dan sebelum alam semesta beserta isinya ini tercipta adalah sang hidup ya allah yang berada dialam awing-uwung yang tiada awal dan akhir, yaitu alam kahanan Allah yang masih rahasia/alam sejati. Sebelum alam semesta tercipta Allah berkehendak menurunkan roh suci/cahaya allah/nur Muhammad, ya cahaya allah itulah hidupku, hidup kita yang maha suci. Alam sejati adalah alam yang tidak mengandung anasir-anasir yang berbeda di dalam tubuh manusia dimana cahaya allah bersemayam, alam sejati diselubungi/menyelubingi dua alam beranasir, yaitu halus (ghaib) dan kasar (nyata), dapat pula diartikan badan manusia berada di alam sejati.
NA –Nur hurip cahya wewayangan (Nur hidup cahaya yang membayang)hidup merupakan kandang nur yang memancarkan cahaya kehidupan yang membayang yang merupakan rahasia Allah, kehidupan yang maha mulia. Tri tunggal maha suci berada dipusat hidup. Sang tri tunggal adalah Allah ta’ala/gusti Allah/guru sejati dan roh suci/nur Muhammad/pepanjer. Diuraikan diatas bahwa ketiga alam yaitu badan kasar,badan halus dan alam sejati mengambil ruang didalam badan jasmani kasar secara bersamaan, namun kebanyakan kita tidak/belum menyadari akan alam sejati atau samar-samar, nur hidup bagaikan cahaya samar yang membayang.
CA –Cipta rasa karsa kwasa (Cipta rasa karsa kuasa)Nur hidup member daya kepada rasa/sir artinya cahaya allah/roh suci menghidupkan rasa/rasa sejati/sir yang merupakan sumber kuasa,kemudian rasa/ rahsa sejati/ sir menghidupkan roh/ sukma yang merupakan adanya cipta.
RA –Rasa kwasa tetunggaling pangrih (Rasa kuasa akan adanya satu-satunya wujud kendali/yang memerintah)Rasa/rahsa sejati/sir yang memberi daya hidup kepada roh/sukma sehingga roh/ sukma dapat menguasai nafsu sehingga terjadilah sifat yang maha tinggi.
KA -Karsa kwarsa kang tanpa kersa lan niat (karsa kuasa tanpa disadari oleh kehendak dan niat).Yang mendasari kuasa agung adalah kasih yang tulus tanpa kehendak tanpa niat. Pamrihnya hanyalah terciptanya kasih yang berkuasa memayu hayuning bawana alit (diri sendiri) dan bawana ageng (lingkungan).
DA –Dumadi kang kinarti (Tumita menjadi ada terjadi dengan membawa maksud, rencana dan makna)Ini berkaitan dengan karsa Allah menciptakan manusia, makhluk lain dan alam semesta beserta isinya yang sesuai dengan rencana Allah.
TA –Tetep jumeneng ing dzat kang tanpa niat (Tetap berada dalam zat yang tanpa niat)Dat atau zat tanpa bertempat tinggal yang merupakan awal mula adalah zat maha suci yang bersifat esa, langgeng dan eneng, hidup sejati kita menyatu dan berada didalam zat. Maka didalam kehidupan saat ini agar selaras dengan dzat yang maha suci, situasi tanpa kehendak/ niat atau mati sajroning urip (mati didalam hidup) dengan kata lain hidup didalam kematian seyogyanya diupayahkan.
Sa - Sifat hana kang tanpa wiwit (sifat ada yang tanpa awal)Ini adalah sifat sang hidup Ini adalah sifat sang hidup (Allah) dialam sejati tiada awal dan tiada akhir
“AKULAH ALPHA DAN OMEGA” demikian pula hidup sejatinya manusia sudah ada sebelumnya, tiada awal mula yang bersatu dialam sejati yang langgeng yang merupakan kerajaan/kahanan Allah ya sangkang paraning dumadi.
WA –Wujud hana tan kena kinikira (Wujud ada tiada dapat diuraikan/dijelaskan)Adanya wujud namun tiada dapat diuraikan/dijelaskan, ini adalah menerangkan keadaan Allah, yang sangat serba samar, tiada rupa, tiada bersuara, bukan lelaki bukan perempuan, tiada terlihat, tiada bertempat, dijamah disentuh tiada dapat, sebelum adanya dunia dan akhirat yang ada adalah hidup kita.
LA –Lali eling wewatasane (Lupa ingat adalah batasnya)Untuk dapat selalu berada didalam jalan keselamatan/rahayu maka haruslah selalueling/ingat akan sangkan paraning dumadi dan eling akan menitahkan/sumber hidup, selalu ingat akan tata laku setiap tindak-tanduk yang dijalankannya agar selaras dengan karsa Allah. Lali/lupa akan menjauhkan diri dari sangkan paraningdumadi dan menjerumuskan ke dalam kegelapan.
PA –Papan kang tanpa kiblat (Papan tak berkiblat)Ini adalah menerangkan alam sejati atau kerajaan Allah yang tiada dapat diterangkan bagaimana dan dimana orientasinya, bagaikan papan yang tiada utara-selatan-barat-timur-atas-bawah (gemandul tanpa centelan).
DHA –Dhuwur wekasane endhewiwitane (tinggi luhur pada akhirnya ,rendah pada awalnya)Untuk memperoleh tingkatan luhuring batin menjadi insane kamil/insane sempurna memang tidak dapat seketika, mesti diperoleh setapak-setapak dari bawah demikian pula dalam hal ilmu kesempurnaan, dalam mencapai tataran ma’rifat tidaklah dapat langsung melopncat untuk bisa mengetahui dan memahami makna HA maka haruslah dicapai dari NGA, sebelum mencapai sembah rasa haruslah dilalui sembah raga dan sembah jiwa/kalbu terlebih dahulu
.JA –Jumbuhing kawula lan gusti (Bersatunya antara hamba dan tuannya)Bersatunya titah dan yang menitahkannya, untuk mencapainya maka kesempurnaan hiduplah yang di upaya yaitu sesuai apa yang dimaksud dalam syahadat, maka semasa hidup didunia bersatunya/sinkronisasi roh sejati, ingsun yang jumeneng pribadi dan busana kamanungsan haruslah terjaga. Bagaikan keris manjing dalam warangkanya dan warangka manjing di dalam keris . untuk mencapai kesatuan antara kawula lan gusti (manunggaling kawula gusti) maka tuntutan seorang guru yaitu guru sejati (didalam diri) menjadi dominan, untuk memperolehnya maka tidaklah mudah harus dengan disiplin keras bagaikan kerasnya usaha sunan kalijaga (dalam suluk linglung) yang digambarkan melalui seorang bima menemukan dewa ruci dalam mencari tirta pawitra.
YA –Yen rumangsa tanpa kersa (kalau merasa tanpa berkehendak)Hanya rela, neriman/ikhlas,pasrah kepada Allah tanpa pamrih lain-lain namun karena dorongan kasih sajalah yang akhirnya dapat menjadi perekat yang kuat antara asal dan tujuan.
NYA –Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diwuruki ( melihat tanpa mata, mengerti tanpa diajari)Kalau anugerah Allah telah diterima. Maka dapat melihat hal-hal yang kasat mata karena mata batin telah terbuka, selain itu kuasa-kuasa agung akan diberikan oleh Allah lewat guru sejati sehingga kegaiban-kegaiban yang merupakan misteri kehidupan dapat dimengertinya dan di selaminya, mendapatkan ilmu kasampurnaan dari sanubarinya.
MA –Mati bisa bali (Mati bisa kembali).Kasih Allah yang luar biasa selalu memberikan ampunan kepada setiap manusia yang mati terjatuh dalam dosa dan salah. Matinya raga atau badan hanyalah matinya keempat anasir (unsur-unsur api, air, hawa, dan tanah) yang tadinya tiada kembali ketiada,namun roh yang sifatnya kekal tiada pernah mati akan kembali kea lam sejati yang tiada awal dan tiada akhir, namun apabila selama hidupnya didunia tidak sesuai dengan karsa Allah, melupakan Allah dan ajaran guru sejati, tiada dapat ngeracut busana kamanungsannya untuk tindakan-tindakan budi luhur maka tidaklah dapat langsung kembali kealam sejati, namun terperosok kesasar kea lam yang tingkatnya lebih rendah sesuai bobot kesalahannya, atau dititahkan kembali yang kesemua itu untuk dapat memperbaiki kesalahannya.
GA –Guru sejati kang muruki (Guru sejati yang mengajari)Sumber dari segala sesuatu adalah Allah,yang dipancarkan lewat guru sejati, maka hanya kepadanyalah tuntunan harusnya diperoleh. Petunjuk guru sejati hanya dapat berhasil meracut busana kamanungsanya. (Mengendalikan hawa nafsu/keinginan), disinilah akan tercapai guruku ya AKU, muridku ya AKU.
BA –Bayu sejati kang hanadalani (Dengan bantuan bayu sejati)Daya kekuatan sejati yang merupakan bayangan daya kekuatan Allah lah yang mendorong pencapaian tingkatyang lebih tinggi atau maksud spiritual yang berarti.
THA –Thukul saka niat (Tumbuh dari niat)Niat menuju kearah sangkan paraning dumadi yang didasari kesucian, tanpa kehendak ataupun keinginan ataupun pamrih keduniawian timbul niat suci karena dasarnya adalah cinta dan kasih ilahi
NGA –ngeracut busananing manungsa (merajut pakaian-pakaian kemanusiaannya) Busana kemanusiaan adalah empat anasir yang dimanifestasikan dalam wujud sedulur papat serta lima sedulur lainnya, kesembilan saudara tersebut harus dikuasai , dijalin dnegan memahami kelebihan dan kekurangan agar tercapai iklim harmoni dalam perjalanan hidup didunia ini yang pada akhirnya tercapilah kesempurnaan/keselamatan hidup.
Filosofi jawa
Orang jawa pada jaman dahulu sopan santun dalam kesehariannya itu lebih tinggi dari pada jawa sekarang yang seakan sudah banyak yang lupa akan asal usulnya.Orang jawa pada jaman dahulu selalu menggunakan filosofi jawa untuk menata dan mengatur kehidupan sehari-hari.Mungkin 10 filosofi jawa di bawah ini bisa kita terapkan pada diri kita sebagai pedoman untuk kehidupan yang lebih baik.
10 Falsafah yang sering digunakan orang jawa :
1. Urip Iku Urup
Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita,semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.
2. Memayu Hayuning Bawana,Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan,kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
3. Sura Dira Jaya Jayaningrat,Lebur Dening Pangastuti
Segala sifat keras hati, picik,angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak,lembut hati dan sabar.
4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa
tanpa mengandalkan kekuasaan,kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.
5. Datan Serik Lamun Ketaman,Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah terheran-heran.Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut.Jangan mudah ngambeg, jangan manja.
7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.
8. Aja Kuminter Mundak Keblinger,Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah,Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti
Mangga sami ngeprint file punika
0 komentar:
Post a Comment