SUGENG RAWUH DATENG GUBUK ONLINE RAZY SAMUDRA: Blog ini kami sajikan untuk pengunjung, guna saling menambah khazanah keilmuan

Mencoba berbagai gaya

Gambar tersebut diambil dari berbagai macam kegiatan sik asik di MAN 2 Bojonegoro, Adventure ke Pacitan, Ponorogo, Wonogiri, Magetan dll.

Launching Website PW ISHARI Jatim

Rakorwil 2 PW ISHARI Jatim di PP. Sunan Kali Jaga Jabung Malang, tanggal 6-7 Maret 2015.

ISTIHLAL dan KAJIAN ASWAJA

ISTIHLAL DAN KAJIAN ASWAJA oleh Majelis Pembina Taman Pendidikan Al Qur'an An Nahdliyah th 2013 di ISLAMIC CENTRE Bojonegoro.

PERESMIAN GEDUNG TPQ/MADIN AS SALAM Bulu

Peresmian Gedung TPQ/Madin AS SALAM Bulu Balen Bojonegoro pada tanggal 28 Mei 2014.

WISUDA SANTRI TPQ

Wisuda Santri Taman Pendidikan Al Qur'an An Nahdliyah Cabang Bojonegoro di Islamic Centre Bojonegoro.

Showing posts with label KARYA TULIS. Show all posts
Showing posts with label KARYA TULIS. Show all posts

Tuesday, December 11, 2012

PESANTREN DI ERA KEKINIAN DAN YANG AKAN DATANG


PESANTREN DI ERA KEKINIAN DAN YANG AKAN DATANG
Study analisis dan wacana di dan untuk
Pondok Pesantren AL FALAH Pacul Bojonegoro Jawa Timur
Oleh: Ubaidillah al faqir rahmatallah; FAHRU ROZI, M.Pd.I

A.    PENDAHULUAN
Salam silaturohim,  damai salam sejahtera, semoga dan keberkahan allah selalu bersama kita semua.dengan rendah hati sang penulis memohon maghfiroh , rahmat , hidayah , dan taufik-Nya. Sholawat salam Dan berkah Allah semoga senantiasa atas Nabi Muhammad SAW ,keluarga  , sahabat dan para pengikut ajaran ajaranNya.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang pertama dan utama bagi umat islam Indonesia. Yang asli bermuara, lahir dari perut bangsa Indonesia. Pondok pesantren juga menerima dengan lapang adanya perubahan ( jamak taksir bil ziyadah au bin nuqshan; dalam nahwu ) ke arah yang ideal dan relevan di berbagai zaman kehidupanya. Sejenak menengok ke belakang di beberapa tahun silang, tepat nya 1,5 windu ( terhitung mulai tahun 2000 s/d sekarang ), Pondok Pesantren AL FALAH Pacul Bojonegoro silih berganti mengalami perubahan;peningkatan dan perkembangan yang sangat signifikan. Dari tahun ke tahun, Pondok Pesantren AL FALAH Pacul Bojonegoro ( yang di dirikan oleh al Syaikh al Haajj KH. Masyhudi Hasan rahimahullah ) ini bertahap , setapak demi setapak membangun pundi pundi unit pendidikanya berikut kutipan piagam departemen agama; (sekarang Kementrian Agama) No: Mm.20/05.00/PP.00.7/168/2002 tentang piagam pendirian pondok pesantren AL FALAH pacul bojonegoro , tanggal surat ; Bojonegoro, 20 februari 2002 , yang menyebutkan PP . AL FALAH didirikan pada tahun 1978 .
Sejarah juga mengungkapkan bahwa sebenarnya Pondok Pesantren AL FALAH Pacul Bojonegoro itu sebenarnya mulai bermuara sejak tahun 1930, berdasarkan PIAGAM DEPAG N0; Kd.13.22/05/PP.00.8/1812/2005, No statistic: 413.35.22.14.053. dengan tanggal surat ; bojonegoro, 25 agustus 2005 tentang PIAGAM MADRASAH DINIAH AL FALAH dibawah naungan PP.AL FALAH pacul bojonegoro. Berdasarkan factor sejarah yang tercatat di kementrian agama PP.AL FALAH pacul bojonegoro jawa timur sebenarnya sudah terlahir ditahun 1930
Seiring dengan berjalanya waktu, Pondok Pesantren AL FALAH Pacul Bojonegoro juga menambah unit pendidikanya, baik formal maupun non formal. TPQ AL HASAN pada tahun 1997. Dan SMP unggulan AL FALAH Bojonegoro ini pada tahun 2010. Pondok Pesantren AL FALAH Pacul Bojonegoro ini sebagai warisan al Syaikh al Haajj KH. Masyhudi Hasan rahimahullah patut kiranya dilestarikan dan di kembangkan oleh generasi penerus perjuangan beliau. Sang penulis ingat kata yang terkutip dalam buku tasawuf modern karya Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), dia mengutip dari buku Nahjul balaghah, kurang lebih begini :
”tada kekayaan yang lebih utama dari pada akal, tiada kepapaan yang lebih menyedihkan dari pada kebodohan, dan tiada warisan yang lebih baik dari pada pendidikan”.
Kata-kata itu menggugah kesadaran kita sebagai salah satu unsur dari pesantren (santri) betapa perjuangan dan warisan yang paling berharga, terbaik dan mahal telah diwariskan kepada generasi penerus belau, anak-anak dan para cucu beliau(bin nasab dan bis sabab : islam ). Untuk bersatu merapatkan baris dalam satu baris AL FALAH.
Nah, satu kata kunci yang harus kita pegang bersama bahwa; ”perubahan itu pasti, dan yang pasti adalah Ketidak pastian“. perubahan itu merupakan bagian dari fenomena  yang yang ada pada sekitar kita , dan itu PASTI,!!. Namun yang tidak mudah di panca indra adalah kepastian akan terjadinya perubahan, kapan waktunya ? Bagaimana perubahanya? Bil ziadah  (dengan tambah) atau bin nuqshan (dengan kurang)? Dan Lain – lain. Yang jelas pula, Pesantren AL FALAH berpedoman pada konsep nahdliyin (Sebutan warga NU), yaitu;
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح
“Melestarikan konsep lama yang baik, dan mengambil konsep baru yang lebik baik;relevean”.

Konsep baru boleh diwujudkan dengan satu catatan dengan tanpa menghilang_hanguskan konsep, budaya, dan tatanan social pesantren yang telah ada, karena merupakan kekayaan dari pesantren. Al Falah merupakan pesantren salaf juga telah mengambil konsep baru (take a new concept) walaupun tidak Grand Concept (menurut halayak mayoritas kalangan pendidikan). Karena telah banyak diwujudkan di berbagai pesantren di berbagai daerah yang ada.
Kita sadar bahwa mayoritas santri (99,9%) adalah santri dengan backround pendidikan formal, baik didalam maupun diluar pesantren. Tuntutan lembaga pendidikan formal mereka untuk aktif dalam pembelajaran, baik di dalam maupun diluar kelas mereka. Begitu pula pembelajaran lewat media internet. Internet memberikan keluasaan dan kepuasan bagi manusia untuk mengetahui hal-hal yang diinginkan manusia dengan tanpa batas. Internet juga memberikan dampak positif dan negative bagi manusia, terutama di kalangan pelajar di berbagai tingkatan serta pelaku pendidikan. Jadi apapun itu, jika orientasi santri, dengan tujuan kidmat pesantren, alangkah baiknya AL FALAH juga setepak demi setepak melengkapi sarana tersebut.

B.     PERMASALAHAN
Berdasarkan sedikit keterangan tersebut di atas , muncul sebuah pertanyaan polos dari penulisan sebagai berikut;
1.   Apakah AL FALAH mampu eksis diberbagai zaman?
2.   Bagaimana idealnya AL FALAH di era sekarang dan yang akan dating?
3.   Bagaimana pula cara AL FALAH menyikapi dan bertindak untuk kelangsungan kehidupanya?

C.    PEMBAHASAN MASALAH
Pesantren merupakan tempat para santri bermukim dan belajar didalamnya. System belajar kelompok besar ini bernuansa bagai satu kesatuan keluarga yang harmonis dan saling membutuhkan antara  satu dengan yang lainnya. Sebagian berkata, kata santri diambil dari “san” yaitu Pesan, dan “tri” adalah tiga. Yaitu tiga pesan yang sayogyanya dijaga dan dilestarikan, tiga pesan tersebut adalah Iman, Islam dan Ihsan (lihat kitab hadits Arbain Nawawi, urutan hadits yang kedua, HR. Imam Muslim). Kita tinjau sebagian sample pesantren besar di Jawa Timur, missal Darul Ulum Jombang tatkala mendirikan universitas, konsep Iman, Islam dan Ihsan terwujud dalam Kepesantrenan, Kethoriqahan, dan Keuniversitasan. Nur Cholis Madjid (kerap disapa dengan Cak Nur) mencuatkan tiga konsep tersebut dalam doktrin ke Islaman, KeIlmuan, dan KeIndonesiaan. Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al Ghazali menyebutkan dalam konsep Syari’at, Thariqat dan Hakikat (dapat dibaca di kitab Minhajul Abidin karya Imam al Ghazali), Nasution menyebutkan dalam Proses, Sarana dan Tujuan. Dan lain sebagainya.
Come back to ma’had al Falah; dengan rumusan masalah penulis yang polos:
1.   Apakah AL FALAH mampu eksis diberbagai zaman? INSYA ALLAH, dan HARUS,!!
Landasan religious penamaan AL FALAH pada pesantren yang didirikan oleh al Syaikh al Hajj Masyhudi Hasan rahimahullah berdasarkan redaksi teks al Qur’an surat al Mu’minun ayat 1 – 8 dan QS al Mujadalah ayat 11. Selain itu, aktualisasi konsep  المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح diberbagai ruang dan waktu dimana al Falah membutuhkannya.

2.   Bagaimana idealnya AL FALAH di era sekarang dan yang akan datang?
Islam merupakan agama yang paling benar dan diakui oleh Allah swt. Islam juga merupakan rahmat bagi seluruh alam. Islam juga mampu memberikan sumbangsih peradaban dunia lewat ilmu pengetahuan umum dan agama (tela’ah Babylon; Mesir dilembah sungai Nil, Abbasiyah di Baghdad, Umayah di Spanyol).
Dunia Islam terlebih Ahlussunnah Wal Jama’ah tidak dapat mengelak dari perkembangan zaman, begitu pula dengan dunia pesantren. Muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah sayogyanya dapat menyatukan dua titik ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan Agama dan Umum, jadi tidak terkesan adanya dikotomi pendidikan. Integrasi IMTAQ dengan IPTEKS merupakan jawaban Pendidikan Islam di era kekinian dan yang akan datang.
Begitu pula dengan pesantren (dalam hal ini penulis menyudut titikan pada PP.AL FALAH), para santri harus berusaha dan do’a, belajar dan berjuang dalam rangka menyatu_padukan ilmu pengetahuan Umum dan Agama. Dikarenakan, memang tiada buruk jika dikatakan Ilmu Umum terkesan untuk urusan dunia saja, dan Agama untuk akhirat. Namun, kalau kita pahami bahwa Dunia sebagai sarana Akhirat, alangkah indahnya jika pesantren dapat memadukan kedua ilmu pengetahuan tersebut.

3.   Bagaimana pula cara AL FALAH menyikapi dan bertindak untuk kelangsungan kehidupanya?
Berdassarkan uraian tersebut, kiranya dapat direnungi dan diwujudkan bersama, dengan:
a.       Paling utama dan Pertama; Melestarikan tatanan Sosio Cultur pesantren yang telah dirintis dan dibangun oleh al Syaikh al Haajj KH. Masyhudi Hasan rahimahullah.
b.      Reaktualisasi nilai – nilai yang telah diberikan oleh al Syaikh al Haajj KH. Masyhudi Hasan rahimahullah.
c.       Menambah daya sokong berupa soko;tiang pendidikan AL FALAH (alhamdulillah telah lahir SMP Unggulan AL FALAH, semoga dikemudian SMA dan PT), guna setapak demi setapak partisipasi membangun peradaban Islam yang Unggul dikancah local, nasional maupun internasional.
d.      Menguatkan sektor riil dari berbagai macam pelayanan santri, alumni dan masyarakat Islam luas (al Hamdulillah KOPONTREN al Falah dengan nama “Hadza Fadhlun Minallah” kembali bangkit, Habiballah dan el Falahi; keduanya nama Group Sholawat Ponpes AL FALAH Pacul Bojonegoro telah bermuara sejak tahun 2010 kemaren, dan lain – lain).

Hal tersebut kiranya dapat terwujud dengan;
1.      Rekonsolidasi internal keluarga ndalem, pengurus, alumni dalam rangka menyatukan visi, misi, Tujuan dan orientasi Pondok Pesantren AL FALAH Pacul Bojonegoro kedepan.
2.      Mengedapkan disiplin keilmuan diberbagai cabang ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan agama (Fiqh, Gramatikal;nahwu_shorf, akhlaq, Tauhid, al Qur’an, dll).
3.      Mengedapankan amal sholeh sesuai dengan profesi nya secara profesional.
4.      Komitmen, akuntabel dan kredibel dalam menjalankan tugas.
5.      Dan lain – lain (sesuai pemikiran kontributif sang pembaca)

D.    KESIMPULAN
Pesantren merupakan tempat para santri bermukim dan belajar didalamnya. System belajar kelompok besar ini bernuansa bagai satu kesatuan keluarga yang harmonis dan saling membutuhkan antara  satu dengan yang lainnya. Sedikit uraian dari penulis tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa pentingnya kerjasama dari beberapa elemen atau pihak – pihak yang ada, dalam rangka:
1.    Menjaga, melestarikan, meningkatkan dan mengembangkan Pondok Pesantren AL FALAH Pacul Bojonegoro Jawa Timur disetiap sector riil yang ada dan dapat dijangkau olehnya.
2.    Menguatkan nilai – nilai Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah di berbagai dinamika kehidupan social dan agama.
3.    Memantapkan produk pendidikan Islam, guna layak pakai di halayak. (nafa’ana Allahu bih wa bi ‘ulumihi…).
4.    Penguatan tali silaturrahim antara pengurus, alumni dan keluarga ndalem.
5.    Menanamkan kesadaran santri, pengurus, dan alumni akan selalu mewujudkan kata “APA YANG DAPAT KITA BERIKAN UNTUK AL FALAH” bukan hanya “APA YANG DAPAT KITA AMBIL DARI AL FALAH”.

E.     PENUTUP
Dengan kerendahan hati dan merasa selalu ingin berlayar disamudra al Falah serta mencoba memberanikan diri (tasyajja’a) untuk mengeluarkan sedikit pemikiran tersebut, semoga di Ridloi Allah swt. Deretan huruf dalam sebuah kata, kalimat dan paragraph yang dirasa amburadul nan kurang tertata rapi tersebut, merupakan keterbatasan analisa dan pemikiran dari sang penulis selama 1,5 windu ini. Jauh bila dibandingkan dengan kehebatan pemikiran generasi sebelum penulis dipesantrenkan di al Falah.
Tiada jadi apa kita sekarang dan yang akan datang tanpa adanya pengajaran dari seorang guru/ustadz/kyai/dewan pengasuh /gus (putra kyai), istilah keren nya “NO TEACHER NO EDUCATION”. Tiada guna kita walau pandai bagai “Pinter Graji Angin” (kalam yang sering didawuhke syaikhina) dengan tanpa adanya tawadlu’, khikmad dan akhlaq.
Dan semoga putra – putri dan cucu – cucu dari al Syaikh al Haajj KH. Masyhudi Hasan rahimahullah dapat meneruskan estafet beliau dengan kesabaran, keikhlasan, ketekunan dan keuletan. Begitu pula penulis selalu berharap diakui sebagai anak didik dari al Falah yang senantiasa berharap manfa’at_berkah ilmu darinya. Banyak kenangan indah dari al Syaikh al Haajj KH. Masyhudi Hasan rahimahullah yang dapat dirasakan oleh seluruh warga Pondok Pesantren al Falah Pacul Bojonegoro Jawa Timur dimanapun berada. Dan semoga semua itu dapat menghantarkan kita semua pada jalan menuju keridlaan Allah swt. Amien..

Wallahu a’lam bis Showab


Pendukung Bacaan :

1.      Al Ghazali, Bidayatu al Hidayah, Thoha Putra, Semarang.
2.      _________, Ihya’u Ulumi al Dien, Thoha Putra, Semarang.
3.      Al Qur’anul Karim..
4.      Bunga Rampai Pesantren
5.      Fadjar Malik, A, H., Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, LP3NI, Jakarta, th. 1998.
6.      HAMKA, Tasawwuf Modern,
7.      Mas’ud Ibnu, H., Drs dan Paryono Joko, Drs, Ilmu Alamiyah Dasar, Putaka Setia, Bandung, th. 1998.
8.      Nurhakim Moh, M.A., Drs, Islam; Doktrin, Pemikiran dan Realitas Historis, UMM Pers, Malang, th. 1998.
9.      Tafsir Ahmad, Dr,.Prof., Filsafat Pendidikan Islam, Rosda, Bandung, th. 2010
10.  Tafsir Ahmad, Dr,.Prof., Filsafat Umum, Rosda, Bandung, th. 2000.
11.  Dll. 


Monday, May 7, 2012

TEORI PEMBELAJARAN “SAMA BISA” TERHADAP ANAK DIDIK Oleh : FAHRU ROZI, M.Pd.I

TEORI PEMBELAJARAN “SAMA BISA” TERHADAP ANAK DIDIK 
Oleh : FAHRU ROZI, M.Pd.I 
A. PENDAHULUAN
a. Latar belakang masalah Anak adalah amanat dari Allah SWT yang dititipkan kepada semua orang tua. Hanya manusia pilihannyalah yang diberi kepercayaan untuk memikul amanat tersebut,dengan berbagai pertimbangan yang Allah sendiri yang tahu, sebagai mana ketika kita menitipkan barang milik kita pasti kita punya kriteria orang yang bisa menjaga barang kita dengan penuh amanah. Tidak mungkin kita titipkan sepeda motor kepada orang yang pekerjaanya mencuri sepeda motor. Orang tua dalam lingkup keluarga, guru guru serta pemerintah adalah merupakan kepanjangan tangan dari Allah agar supaya mereka menjaga amanat dari Allah yang berupa anak, untuk diberi kasih sayang, perhatian serta pendidikan yang bisa menghantarkanya kearah kesuksesan baik dunianya maupun akheratnya. Bahkan ketika ada orang yang berkhiyanat dalam arti tidak mau ataupun enggan menerima amanat itu maka ia dapat dikatagorikan orang yang munafiq ( hadist nabi tanda tanda orang munafik). Tentunya ini sangat tidak kita harapkan karena jelas jelas akan di laknat oleh Allah. Oleh karena itu orang tua, sekolah (para guru) serta pemerintah memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mendidik anak. Sebagi mana perintah langsung dari Allah yang maksudnya ” jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka” (Al Qur’an) serta larangan Allah ” janganlah engkau tinggalkan generasi dalam keadaan lemah” (Al Qur’an). Dari kedua ayat itu betul betul Allah sangat memperhatikan perkembanga anak sebagai generasi penerus dimuka bumi ini ( khalifah fil ard ) harus betul betul kuat di segala aspek kehidupanya. Kuat pengetahuanya ( knowledge ) ketrampilan ( skill ) serta kuat nilai nilai normatifnya ( value ). Untuk mencapai tujuan yang luhur ini perlu adanya rumusan sebuah teori pembelajaran terhadap anak didik secara benar. Baik kebenaran itu ikut aliran rasionalisme, empirisme, romantisisme maupun mistisisme. Dari sumber kebenaran rasionalisme dan empirisme melahirkan yang namanya karya ilmiyah sedangkan romantisisme dengan mistisisme melahirkan sumber kebenaran berupa keyakinan. (baca filsafat ilmu Jujun S. Suriasumantri hal : 45 ) Dalam sebuah hadist, nabi menjelaskan bahwa semua orang itu adalah merugi kecuali orang yang berbuat, iapun masih merugi kecuali disertai ilmu (teori) iapun masih merugi kecuali disertai ikhlas. Dari hadist nabi ini dapat kita ambil pelajaran bahwa pembelajaran terhadap anak tanpa teori yang benar maka akan merugikan anak itu sendiri. Dalam mendidik anak harus betul betul bisa memilah serta memilihkan ilmu apa atau kata kata apa yang seharusnya layak disampaikan dan didengarkan kepada anak, serta kapan anak harus mendapatkan ilmu itu. Ini sangat penting untuk kita kaji karena berawal dari fakta kejadian keluarga sahabat saya dan mungkin juga terjadi pada keluarga lain serta pada lingkungan sekolah pada umumnya. Saya mempunyai seorang sahabat yang bercerita tentang anaknya, dia memiliki anak laki laki yang baru berusia 6 tahun.saat ini anaknya sudah sekolah di taman kanak kanak ( TK ). Suatu pagi ketika habis bangun tidur anaknya lari ke halaman rumahnya untuk buang air kecil di tempat itu. Melihat kejadian itu istri dia langsung menegor anaknya sambil mengatakan ” hai nak jangan kencing disitu itu salah” pada kejadian yang lain anaknya ikut menonton acara televisi akrobat yang pemainnya hanya memakai pakaian yang tidak pantas dilihat anak seusia dia. Dia matikan TV nya lalu ibunya bilang ” ndak boleh melihat acara itu berdosa lho nak !”Ibunya bilang pada anaknya.. Dari dua kejadian tersebut dapat kita temukan 2 kata ”salah” dan ”dosa” ini adalah contoh kata kata yang sama sama punya tujuan mendidik anak agar tidak mengerjakan perbuatan yang tidak terpuji, namun dalam penerapanya terhadap anak kapan dia layak mendengarkan kata kata benar dan salah, baik dan buruk, indah dan jelek., serta dosa dan pahala. Sebagai seorang pendidik baik dia sebagai orang tua, apalagi seorang guru maka betul betul dia harus bisa menerapkan kata kata tersebut diatas terhadap anak didiknya. Karena jika salah penerapannya,maka akan berdampak tidak baik terhadap anak, seperti contoh yang saya kemukakan diatas, kata dosa dan kata salah jika diterapkan pada anak yang masih balita ( bayi lima tahun ) contohnya maka bisa bisa anak selalu takut berbuat akhirnya anak akan mati kreatifitasnya. Padahal ada orang bijak bilang ” cobalah dan perhatikan niscaya kamu akan mengerti” b. Rumusan masalah Dari latar belakang masalah tersebut diatas kiranya penulis dapat menarik dua masalah pembelajaran anak, yang sangat membutuhkan solusi pamacahan masalah. Yaitu: 1. Apakah teori pembelajaran anak yang tepat untuk diajarkan kepada anak/siswa ? 2. Kapankah waktunya anak boleh menerima kata kata dosa atau pahala,benar atau salah, baik atau buruk serta indah atau jelek ? 
B. FAKTA / REALITAS Fakta dilapangan kita mulai dari kasus individu keluarga saya, yang telah saya paparkan pada latar belakang masalah. Disitu jelas tidak ada pemilahan antara kata salah, dosa, buruk maupun jelek. Ini terjadi disebabkan karena dibangku sekolah belum pernah bahkan tidak pernah didapat dari guru guru, yang ketika melarang murid muridnya terkadang menggunakan kata dosa, salah, buruk atau jelek padahal masalahnya sama. Menurut asumsi saya kasus ini tidak hanya terjadi pada khusus keluarga sahabat saya,mungkin juga terjadi pada keluarga atau lembaga pendidikan ( sekolah ) yang lain. Oleh sebab itu lewat tulisan ini perlu kiranya kita carikan solusi agar tidak berlarut larut dan berkepanjangan, dan juga tidak menimpa pada anak bangsa secara umum. C. KONSEP KONSEP PEMBELAJARAN 1. Teori Belajar Piaget Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi. Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman - pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu - individu ke dalam bentuk kelompok - kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan - gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi 2. Teori Belajar Vygostky Tokoh kontruktivis lain adalah Vygotsky. Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pebelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pebelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing - masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas - tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu 1) menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi - strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing - masing zone of proximal development mereka; 2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep - konsep dan pemecahan masalah. 3. Teori Belajar dari Perspektif Konstruktivis Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu). a. Konstrukstivisme Individu Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya. Piaget misalnya mengusulkan tahapan kognitif yang dilakukan oleh semua manusia. Berpikir pada tiap langkah memasukkan tahapan sebelumnya sehingga makin terorganisir dan adaptif dan makin tidak terikat pada kejadian kongkrit. Piaget menjelaskan bagaimana tiap individu mengembangkan schema, yaitu suatu sistem organisasi aksi atau pola pikir yang membuat kita secara mental mencerminkan “berpikir mengenainya”. Dua proses diaplikasikan dalam hal ini yaitu asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi kita berusaha memahami hal yang baru dengan mengaplikasikan schema yang ada; sedangkan akomodasi terjadi ketika seseorang harus merubah pola berpikirnya untuk merespon terhadap situasi yang baru. Seseorang melakukan adaptasi dalam situasi yang makin kompleks ini dengan menggunakan schema yang masih bisa dianggap layak (asimilasi) atau dengan melakukan perubahan dan menambahkan pada schema-nya sesuatu yang baru karena memang diperlukan (akomodasi). Penjelasan di atas menunjukkan penekanan Piaget terhadap pemahaman yang dibentuk oleh seseorang, sesuatu yang berhubungan dengan logika dan konstruksi pengetahuan universal yang tidak dapat dipelajari secara langsung dari lingkungan. Pengetahuan seperti itu berasal dari hasil refleksi dan koordinasi kemampuan kognitif dan berpikir serta bukan berasal dari pemetaan realitas lingkungan eksternalnya. Hal yang paling mendasar dari penemuan Piaget ini adalah belajar pada siswa tidak harus terjadi hanya karena seorang guru mengajarkan sesuatu padanya, Piaget percaya bahwa belajar terjadi karena siswa memang mengkonstruksi pengetahuan secara aktif darinya, dan ini diperkuat bila siswa mempunyai kontrol dan pilihan tentang hal yang dipelajari. Hal ini tidaklah meniadakan faktor guru dalam proses pembelajaran, justru sebaliknya lah yang terjadi. Pengajaran oleh guru yang mengajak siswa untuk bereksplorasi, melakukan manipulasi, baik dalam bentuk fisik atau secara simbolik, bertanya dan mencari jawaban, membandingkan jawaban dari siswa lain akan lebih membantu siswa dalam belajar dan memahami sesuatu. 
b. Konstruktivisme sosial Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual. Vygotsky melihat bahwa alat-alat budaya (termasuk di dalamnya kertas, mesin cetak, komputer dll) dan alat-alat simbolik (seperti sistem angka, peta, karya seni, bahasa, serta kode dan lambang) memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif. Sistem angka romawi misalnya punya keterbatasan untuk operasi perhitungan; berbeda dengan sistem angka arab yang biasa kita gunakan yang mempunyai lambang nol, bisa dibentuk pecahan, nilai positif dan negatif, menyatakan bilangan yang tak terhingga besarnya dan lainnya. Sistem angka yang dipakai adalah alat budaya yang mendukung berpikir, belajar dan perkembangan kognitif. System simbol ini diberikan dari orang dewasa ke anak melalui interaksi formal ataupun informal dan pengajaran. Vygotsky menekankan bahwa semua proses mental tingkat tinggi, seperti berpikir dan pemecahan masalah dimediasi dengan alat-alat psikologi seperti bahasa, lambang dan simbol. Orang dewasa mengajarkan alat-alat ini ke anak dalam kegiatan sehari-hari dan si anak menginternalisasi hal tersebut. Sehingga alat psikologis ini dapat membantu siswa meningkatkan perkembangan mental dan berpikirnya. Pada saat anak berinteraksi dengan orang tua atau teman yang lebih mampu, mereka saling bertukar ide dan cara berpikir tentang representasi dan konsep. Sehingga pengetahuan, ide, sikap dan sistem nilai yang dimiliki anak berkembang seperti halnya cara yang dia pelajari dari lingkungannya. 
c. Bagaimana Pengetahuan dikonstruksi? Untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, tiga penjelasan yang bertahap merangkum berbagai pendekatan konstruktivisme ini:Realitas dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan pembentukan pengetahuan. Individu merekonstruksi realitas diluarnya dengan membentuk representasi mental secara akurat yang mencerminkan “keadaan apa adanya”. Tahap pertama yang tidak lain model pemrosesan informasi dari teori belajar kognitif. 1. Proses internal dari Piaget yaitu organisasi, asimilasi dan akomodasi mengarahkan pembentukan pengetahuan. Jadinya pengetahuan bukan hanya cermin dari realitas, namun suatu abstraksi yang tumbuh dan berkembang dengan aktivitas kognitif. Pengetahuan bukan sekedar benar atau salah; namun terus tumbuh secara internal yang konsisten dan diorganisasikan seiring dengan perkembangannya. 2. Faktor eksternal dan internal mengarahkan pembentukan pengetahuan. Pengetahuan tumbuh melalui interaksi faktor-faktor internal (kognitif) dan eksternal (lingkungan dan sosial). Deskripsi Vygotsky tentang perkembangan kognitif melalui pengenalan dan pemakaian alat-alat budaya seperti bahasa konsisten dengan pandangan ini. Hal berikutnya dalam pendekaran konstruktivis ini adalah pertanyaan tentang apakah pengetahuan yang dibentuk itu bersifat internal, umum dan dapat ditransfer atau terikat dalam ruang dan waktu pada saat dibentuk. Apa yang dijelaskan oleh Vigotsky bahwa belajar tergantung konteks sosial dan berada dalam lingkup budaya tertentu memang tepat. Namun apa yang disebut benar dalam waktu dan tempat tertentu bisa menjadi salah di tempat dan waktu yang lain, seperti anggapan bahwa bumi itu datar sebelum Colombus. Ide-ide tertentu berguna pada komunitas tertentu, namun tidak bermanfaat apa-apa di komunitas lain. Apa yang disebut pengetahuan baru ditentukan sebagiannya dengan bagaimana ide baru tersebut sesuai dengan praktek yang berlaku pada saat tersebut. Sepanjang waktu, praktek yang ada dipertanyakan dan bisa diganti, namun sebelum itu terjadi praktek yang ada terus dilakukan karena dinilai tetap menguntungkan. Selain itu belajar juga terkondisikan berdasar tempat berlangsungnya kegiatan, biasa yang disebut enkulturasi atau proses mengadopsi norma-norma, perilaku, keahlian, kepercayaan, bahasa, sikap dari satu komunitas tertentu. Jadinya pengetahuan tidak hanya dilihat sebagai struktur kognitif individu saja tetapi sebagai buatan dari komunitas sepanjang waktu. Apa yang dilakukan oleh komunitas, cara bagaimana mereka berinteraksi dan menyelesaikan suatu hal, seperti halnya alat yang dibuat oleh komunitas, membentuk pengetahuan dari komunitas tersebut. Belajar artinya menjadi lebih mampu untuk berpartisipasi dalam kegiatan dan pemakaian alat dan mendapat bagian identitas sebagai anggota komunitas. Dari teori teori pembelajaran diatas yang digagas oleh pemikir pemikir barat yang tentunya landasan berfikir mereka dengan landasan teori kebenaranya dengan teori rasionalisme dan empirisme, tentunya sangat perlu untuk dilengkapi dengan teori kebenaran berupa dogmatis yang secara kwalitas jelas lebih tinggi. Karena sumber kebenaranya adalah dari nash al Qur’an yang diturunkan oleh dzat sang pemilik kebenaran. D. PEMBAHASAN TEORI PEMBELAJARAN ”SAMA BISA” 1. Nama teori pembelajaran. Nama teori pembelajaran ini adalah ” SAMA BISA” dengan memilah dan memilih kata benar atau salah, baik dan buruk , indah dan jelek., serta dosa dan pahala, untuk diterapkan kepada anak ataupun siswa. Dibawah ini akan kami uraikan teori ”SAMA BISA” sebagai berikut : 1. S = Seni ( Estetika ) kali pertama ketika anak yang masih usia dini,dan melihat sesuatu pasti yang terkesan pada dirinya adalah hal hal yang berhubungan dengan seni ( Estetika ). Ketika kita mengajak jalan jalan anak kita selalu yang diperhatikan adalah sesuatu yang yang berwarna warni,contoh anak anak yang berada di mal yang paling digemari adalah jika bisa bermain mandi bola, yang disitu terdapat warna bola yang bermacam macam. Walaupun sesuatu itu bisa membahayakan keselamatan dia. Contoh kasus pada zaman kerajaan mesir raja fir’aun pernah murka gara gara jenggotnya ditarik oleh musa. kemudian ia hendak membunuhnya,lalu istri raja fir’aun memberi saran agar musa disuruh memilih dua hal pilihan orang dewasa, yaitu antara bara api dan susu. Ternyata bara apilah yang dipilih oleh musa. Maka terselamatkan musa dari pembunuhan raja yang dholim itu. Ini membuktikan bahwa seorang anak lebih memilih sesuatu yang mempunyai warna yang mencolok. Kemudian ketika pendidik ingin melarang kepada anak yang masih usia dini maka seharusnya ia memilih kata kata yang sesuai dengan kebutuhan anak itu,yakni memilih kata kata yang cocok dengan seni (estetika) contoh kata jelek yang menjadi lawan kata indah. Bukan dengan kata dosa maupun kata pahala ( agama ). Ataupun bukan kata baik maupun buruk ( moral). 2. A = Alam (what ) adalah tentang alam.Pertanyaan pertanyaan yang sering ditanyakan pertama kali. Maka tunjukkanlah dia nama nama benda yang sebanyak banyaknya,janganlah kita menganggap anak yang banyak bertanya adalah anak yang cerewet yang pertanyaan itu tidak perlu dijawab. Karena itulah memang kebutuhan dia. 3. M = Manusia ( who ) pertanyaan anak selanjutnya setelah mengetahui apa maka akan dilanjutkan dengan siapa. Contoh siapa dia? Tanya seorang anak yang baru melihat orang asing. maka anak mulai ingin mengenal orang disekitarnaya maka mulai kenalkanlah dia dengan kata baik dan buruk (moral). 4. A = Allah.Tahap selanjutnya anak mulai bertanya siapa yang menciptakan dia dan para manusia.maka mulailah dia kenalkan kata dosa dan pahala ( Agama). 5. B = Budaya. Pada tahap ini anak mulai mengenal lingkungan sekitar mulai dikenalkan tentang budaya. 6. I = Ilmu pengetahuan alam ( IPA ) mulai ajarkanlah tentang pengetahuan. 7. S = Sosial. Ajarilah anak untuk berinteraksi dengan sesama manusia. 8. A = Agama. Pada tahap ini anak sudah harus mengetahui semuanya mulai dari seni,alam, manusia,Allah, IPA,IPS,serta Agama. maka seorang anak sudah bisa mendapatkan kata kata semua baik kata benar atau salah ( knowledge), baik dan buruk ( Etika) , indah dan jelek ( seni )., maupun dosa dan pahala( Agama). Jadi kesimpulanya didalam mendidik anak harus betul betul dirancang secara sistematis sebagai mana teori tersebut diatas agar anak menjadi generasi yang sempurna ( Insan kamil ) manusia yang seutuhnya sebagaimana tujuan pendidikan. 2. Rentangan usia anak Menurut pendapat Elizabeth B. Hurlock dalam andi mappiare ( psikologi remaja ) membagi rentangan usia anak terdiri atas sebelas masa yaitu : Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir. 1. Masa neonatus : Lahir sampai akhir minggu 2 setelah lahir. 2. Masa bayi : Akhir minggu 2 sampai akhir tahun kedua. 3. Masa kanak kanak awal : Usia 2 sampai 6 tahun. 4. Masa kanak kanak akhir : 6 tahun sampai 10 / 11 tahun. 5. Pubertas : 10 / 11 tahun sampai 13 / 14 tahun. 6. Masa remaja awal : 13 / 14 tahun sampai 17 tahun. 7. Masa remaja akhir : 17 sampai 21 tahun. 8. Masa Dewasa awal : 21 sampai 40 tahun. 9. Masa setengah baya : 40 sampai 60 tahun. 10. Masa tua : 60 tahun sampai meninggal dunia. Adapun dalam ilmu fiqh dari segi usia manusia secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1. anak anak ( shoby) ini adalah masa dimana manusia belum terkena khitob atau beban kewajiban syar’i, anak wanita mulai lahir sampai dengan usia sembilan tahun.anak laki laki mulai lahir sampai 15 tahun. 2. A’qil baligh ( menjelang baligh ) yaitu usia anak yang hampir mendekati baligh. 3. Baligh ( Dewasa ) pada usia ini setiap manusia sudah dikatakan mukhotob artinya sudah terkena beban hokum. Maka ia sudah harus mampu mandiri menanggung beban dosa maupun pahala. E. PENUTUP Akhirnya dari makalah yang singkat ini dapat kami simpulkan sebagai berikut: 1. Manusia adalah makhluk tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk yang lain ( fi Ahsani takwim ) baik dhohir maupun bathin maka dalam mendidik anak seharusnya dengan cara cara yang baik pula. Karena menurut penelitian ilmiyah manusia 75 – 80 persenya adalah berupa air. Dan air akan merespan info yang ia terima, jika infonya positif maka ia akan membentuk kristal yang indah.sebaliknya jika info yang ia terima adalah negatif maka ia akan membentuk kristal yang jelek. (Massaru Imoto dalam buku the hidden massage in water). 2. Dalam tahapan tahapan usia anak harus betul betul diperhatikan oleh orang tua maupun pendidik (guru). Kapan ia boleh menerima kata benar atau salah, baik dan buruk , indah dan jelek., serta dosa dan pahala. DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an dan terjemah penerbit Depag pusat Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, Surabaya, Usaha Nasional, 1982. Hoy, W. K., & Miskel, C. G. (2005). Educational Administration (seventh ed.). New York: McGraw Hill. Dalam indonet Suriasumantri, Jujun, S. Filsafat Ilmu, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan. 2001. KMI Gontor Darsul Fiqh Juz Awwal Progoharbowo, teori pembelajaran, Indonet 2008 DAFTAR ISI A.PENDAHULUAN a. Latar belakang masalah ...............................................................................Hal 1 b. Rumusan Masalah …………....………………........................…………..Hal 3 B. FAKTA / REALITAS…….....……………………………………...............…..Hal 3 C. KONSEP PEMBELAJARAN 1. Teori belajar Piaget ........................... …...................................................Hal 4 2. Teori belajar Vygostky ...................................... ......................................Hal 5 3. Teori belajar konstruktivis ....................................................................... Hal 6 a. Kontruktifisme individu ................................................................ Hal 6 b. Konstruktifisme sosial ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.......,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,. Hal 7 c. Bagaimana pengetahuan dikronstruksi .......................................... Hal 8 4. Teori Dr Paul Sweecker…………………………………..………………Hal 9 D. PEMBAHASAN 1. Nama teori pembelajaran..........................................................................Hal 10 2. Rentangan usia Anak.................................................................................Hal 11 E. PENUTUP............................................................................................................Hal12 F. DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................Hal 13