SUGENG RAWUH DATENG GUBUK ONLINE RAZY SAMUDRA: Blog ini kami sajikan untuk pengunjung, guna saling menambah khazanah keilmuan

Mencoba berbagai gaya

Gambar tersebut diambil dari berbagai macam kegiatan sik asik di MAN 2 Bojonegoro, Adventure ke Pacitan, Ponorogo, Wonogiri, Magetan dll.

Launching Website PW ISHARI Jatim

Rakorwil 2 PW ISHARI Jatim di PP. Sunan Kali Jaga Jabung Malang, tanggal 6-7 Maret 2015.

ISTIHLAL dan KAJIAN ASWAJA

ISTIHLAL DAN KAJIAN ASWAJA oleh Majelis Pembina Taman Pendidikan Al Qur'an An Nahdliyah th 2013 di ISLAMIC CENTRE Bojonegoro.

PERESMIAN GEDUNG TPQ/MADIN AS SALAM Bulu

Peresmian Gedung TPQ/Madin AS SALAM Bulu Balen Bojonegoro pada tanggal 28 Mei 2014.

WISUDA SANTRI TPQ

Wisuda Santri Taman Pendidikan Al Qur'an An Nahdliyah Cabang Bojonegoro di Islamic Centre Bojonegoro.

Wednesday, April 22, 2015

MENJADI ISHARI



MENJADI ISHARI

Sepeninggal Hadrotus Syeih KH Abdurrokhim Bin Abdul hadi  ( 1952 ) kepemimpinan Jam’iyyah ini diteruskan oleh Putra sulung Beliau yaitu KH. MUHAMMAD Bin ABDURROKHIM dan dibantu oleh saudara-saudaranya yang lain, pada masa kepemimpinan beliau inilah  jam’iyyah Hadroh ini resmi berganti nama menjadi ISHARI  yaitu pada tanggal 15 Rajab 1378 H / 23 Januari 1959. Hal tersebut dilakukan karena bermunculan kelompok kelompok Hadroh dengan Nama yang berbeda-beda, seperti misalnya Jam’iyyah Hadroh Al Mu’awanah, Jam’iyyah Hadroh Al Musthofa dan lain –lain, maka agar tidak terjadi perpecahan dalam sebuah kegiatan yang isi dan kerja kegiatannya sama serta lahir dari sumber yang sama selanjutnya nama-nama jam’iyyah Hadroh ini disatukan dengan satu nama yaitu “ ISHARI “ kepanjangan dari Ikatan Seni Hadroh Republik Indonesia.  Penggunaan kata republik ini selain bertujuan seperti tersebut diatas juga bertujuan agar kumpulan kesenian ini tidak disusupi oleh gerakan kaum Komunis (PKI) yang pada saat itu diceritakan sudah mulai ada tanda – tanda orang- orang PKI ikut dalam kegiatan Jam’iyyah ini.

Atas usulan para Ulama di NU seperti KH.Makhrus Ali Lirboyo, KH Bisyri Sansuri Jombang, KH Idham Kholid Cirebon, KH A Syaiku Jakarta, KH Syaifuddin Zuhri, dan khususnya Ulama di Kabupaten Pasuruan seperti, , KH. Ahmad Jufri Besuk kejayan, KH Mas Imam Pasuruan, KH Abdulloh Bin Yasin Pasuruan, dan lain lain, serta atas perintah Rois Am PBNU pada saat itu, yaitu Hadrotus Syeikh KH. ABDUL WAHHAB HASBULLOH. Dan demi melestarikan keberlangsungan jamiyah ini, maka para ulama NU pada tahun 1959 tepatnya pada tanggal 23 Januari 1959 M. atau bertepatan dengan tanggal 15 Rojab 1378 H. Setelah mendapatkan persetujuan dari KH Muhammad bin Abdurrokhim mendeklarasikan ISHARI sebagai wadah Jam’iyyah Hadroh, bertempat di Pasuruan dan menjadikannya sebagai salah satu organisasi didalam pembinaan Syuriah NU setelah ditetapkan di Muktamar NU ke 23 di Solo Tahun 1962 (lihat AD/ART NU hasil muktamar ke 23 Solo).
Dan seiring berjalannya masa, keberadaan Organisasi ini tetap dalam pembinaan lembaga tersebut sampai dengan ditetapkannya ISHARI sebagai salah satu Badan Otonom Nahdlatul Ulama pada Muktamar NU  ke 29 tahun 1994 di Cipasung Jawa Barat (baca AD/ART NU hasil muktamar ke 28 Cipasung), oleh karena setiap BANOM NU harus memiliki peratuaran dan struktur tersendiri. dan sebagai respon menyikapi keputusan NU itu, maka pada Tahun 1995 ISHARI melaksanakan MUNAS untuk yang pertamakalinya di Kabupaten Lamongan sehingga dihasilkanlah PD/PRT ISHARI serta terbentuknya Pimpinan pusat ISHARI yang bermarkas di Surabaya dan Al-hamdulillah hal tersebut adalah merupakan MUNAS yang pertama kali.

Dikarenakan keterbatasan dibidang pengembangan organisasi serta lemahnya kordinasi antar konsitusi  maka keberadaan ISHARI tidak menjadi berkembang dan hanya tumbuh subur di wilayah Jawa Timur sehingga (Menurut pendapat Pimpinan di struktur NU), ISHARI tidak memenuhi syarat sebagai salah satu Badan Otonom di NU, sehingga pada Muktamar NU ke 30 tahun 1999 di Lirboyo Kediri Jawa Timur, ISHARI  di masukkan dalam salah satu pembinaan LSB (Lembaga seni Budaya NU). (lihat AD/ART NU Hasil Muktamar NU ke 30 Lirboyo kediri). Ironi memang disatu sisi ISHARI pada saat mulai menata dengan adanya keputusan MUNAS ISHARI disisi lain sebagai induk Organisasi justru NU menempatkan Posisi ISHARI menjadi satu dengan kesenian-kesenian lain baik dibawah pembinaan LSB NU, dengan demikian (Menurut sudut Pandang Pimpinan NU) maka semua Hasil MUNAS ISHARI Tahun 1995 termasuk didalamnya PD/PRT ISHARI dan Pimpinan Pusat sudah gugur demi hukum dan dianulir oleh Keputusan Muktamar NU Lirboyo.
Dan atas upaya serta usulan Pimpinan ISHARI Wilayah jawa Timur kepada NU yang memandang bahwa tidak relevan apabila ISHARI berada dibawah pembinaan LSB NU, karena ISHARI adalah bukan hanya sekedar kumpulan seni tapi merupakan perpaduan antara seni dengan Ubudiyyah, dan usulan tersebut direspon positif oleh NU pada Muktamar NU ke 31 tahun 2004 di Boyolali dengan memasukkan ISHARI dalam pembinaan Lembaga Ahlit Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An nahdiyyah (Lihat AD/ART NU hasil Muktamar ke 30 Boyolali). Namun lagi-lagi ironi bagi ISHARI karena perubahan tersebut tidak tersosialisasi dengan baik dan bahkan tidak ada juklak juknis yang termaktub bagaimana mengatur pola hubungan antara ISHARI dan Thoriqoh, baik itu di Organisasi NU maupun di Thoriqoh. Ketidak pastian hubungan dan pola pengaturan antara ISHARI dan Thoriqoh itu terus berlanjut sampai sekarang, dan bahkan pada Muktamar NU ke 32 tahun 2009 di Makassar justru tidak muncul kalimat pembinaan Thoriqoh kepada ISHARI (Lihat AD/ART NU ke 32 makasar) sebagaimana termaktub jelas dalam AD/ART NU hasil Muktamar Boyolali. Apabila dicermati dengan seksama ada dua perubahan mendasar terhadap posisi Thoriqoh didalam Organisasi NU
a)      Pada hasil Muktamar NU ke 31 tahun 2004 di Boyolali, Posisi Thoriqoh adalah Lembaga sedangkan di Muktamar NU ke 32 tahun 2009 di Makassar posisi Thoriqoh menjadi BANOM.
b)     Pada hasil Muktamar NU ke 31 tahun 2004 pada fungsi dan tugasnya Thoriqoh termasuk juga membina ISHARI sedangkan pada Hasil Muktamar NU ke 32 di Makasar tidak lagi termaktub bahwa Thoriqoh adalah pembina ISHARI.
Kesimpulan
1.      Kalau keputusan perubahan dalam muktamar NU itu menganulir keputusan Muktamar sebelumya sebagaimana keputusan di Lirboyo menganulir keputusan di Cipasung. maka dengan demikian sudah tidak ada kejelasan hubungan secara organisasi antara NU dengan ISHARI juga dengan Thoriqoh karena sudah dianulir oleh Hasil Keputusan Muktamar NU ke 32 di Makasar. dan tidak adanya hubungan ke organisasian ini lebih diperkuat lagi dengan Hasil keputusan Muktamar ke XI Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah tahun 2012 di PP Al Munawwariyyah Malang dimana ISHARI tidak tertulis sebagai salah satu Lajnah di Organisasi tersebut ( Lihat PD/PRT hasil Keputusan Muktamar Thoriqoh Tahun 2012 di Malang terbitan Gedung Kanzus Sholawat Pekalongan).
2.      Memang ada interpretasi bahwa tidak termaktubnya kalimat “ termasuk juga ISHARI “ pada tugas dan Fungsi Jam’iyyah Alit Thoriqoh al Mu’tabaroh  An Nahdliyyah hasil keputusan Muktamar NU Makassar, karena memang sudah in claude pada hasil Muktamar NU  Boyolali sehingga (menurut Pendapat ini ) ISHARI tetap dalam Pembinaan Thoriqoh, akan tetapi hal tersebut menjadi kabur karena ternyata tidak terdapat juklak  juknis pengaturan dari Jam’iyyah Thoriqoh terhadap ISHARI yang tentunya dalam perumusannya  harus melibatkan Pimpinan ISHARI,
3.      Sehingga hubungan NU dengan ISHARI yang ada saat ini (sebelum adanya penjelasan yang pasti) menurut interpretasi kita (warga ISHARI) adalah hubungan emosional kultur yaitu, pertama, Organisasi ISHARI didirikan dan digagas Oleh Para ulama NU setelah mendapatkan restu dari para putrera KH Abdurrokhim dan yang kedua, NU dan ISHARI sama-sama berazaskan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.

Disaat dalam posisi yang tidak menguntungkan sebagaimana tersebut diatas, serta dengan adanya keinginan melestarikan dan mengkukuhkan Organisasi ISHARI agar tidak lenyap dan tidak terombang ambing, maka Pimpinan Wilayah ISHARI Jawa Timur berinsiatif mendaftarkan Jam’iyyah ini ke kementerian Hukum dan Ham dan Al Hamdulillah telah diterbitkan badan Hukum akta Pendirian Organisasi ISHARI dengan Nomor ANU 138.AN.01.07 Tahun 2012 tertanggal 27 Juli 2012.

DIRESTUI PARA WALI DAN ULAMA



DIRESTUI PARA WALI DAN ULAMA

Bahwa dalam melestarikan dan mengembangkan ajaran Mahabbah Rosul dan Hadroh dengan adanya tambahan kreasi Roddat tersebut bukan berarti tidak ada hambatan dan halangan terhadap beliau, tidak sedikit para ulama yang mempertanyakan tentang bagaimana hukumnya gerakan tarian, hukum keplok tangan, hukum lagu dengan memanjangkan lafadz yang pendek atau sebaliknya, hukum suara jeritan kecil dan bahkan hukum rebananya itu sendiri ? semua itu beliau hadapi dengan bijaksana dan penuh dengan kearifan dan bahkan beliau menjawab itu semua dengan cara yang ilmiyyah pula yaitu dengan mengarang kitab QONUN AL HADROH yang menerangkan tatacara ber sholawat Hadroh berikut maksud dan tujuan serta hujjah hukumnya.
Disamping itu tak kalah pentingnya dari semua perjuangan beliau, yang turut andil dalam mengembangkan Jamiyyah Hadroh adalah restu dan dukungan dari para Auliya serta Ulama pada saat itu, banyak sekali para Auliya’ dan para Ulama hususnya di Pasuruan dan pada umumnya di wilayah Jawa timur sangat mendukung dan suka sekali terhadap kegiatan ini seperti :
a.      Al Imam Al Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf  Pasuruan, Seorang wali yang masyhur yang mempunyai banyak murid diantaranya adalah KH Abd hamid Pasuruan
b.      Al Habib Abu Bakar bin Muhammad As Segaf Gresik.Seorang wali Qutub yang masyhur, guru dari banyak ulama diantaranya Al Habib Abdul Qodir Bil faqih pendiri Pondok Pesantren Darul Hadits Malang.
c.      KH. Ahmad Khusaeri Bin Siddiq Pasuruan, Mertua Mbah Hamid Pasuruan beliau adalah santri kesayangan KH. M. Kholil Bangkalan dan beliau pula yang banyak mengarang Syair Sholawat dalam Hadroh yang kemudian beliau ijazahkan kepada KH  Abdurrohim.
d.      KH Ahmad Bin Sahal Pasuruan 
e.      KH Abdul hamid Bin Abdulloh Pasuruan, Seorang Waliyulloh yang masyhur pengasuh PP Salafiyah Pasuruan Banyak Cerita tentang bentuk dukungan dan kesukaan beliau terhadap Hadroh (di judul yang lain)
f.       KH Ali Mas’ud Pagerwojo Sidoarjo, seorang wali Majdub yang fenomenal yang kesukaanya membawakan Muhud Tanaqqolta dan Wulidal habib.
g.      KH ‘Aqib Bin Yasin Pasuruan, Seorang Ulama Ahli dalam menciptakan berbagai Syair arab dan yang terkenal diantara Gubahan Syairnya adalah Syair untuk pemberangkatan Jama’ah Haji
h.     KH Imam Bin Tohir Pasuruan, ayahanda KH A Nadlif seorang ulama ahli Fiqih yang tidak memperbolehkan saat Mahallul Qiyam di Keplo I, tapi sangat suka hadir di Acara Hadroh biasanya kalau tidak ada Gus Muhammad beliau mau berkenan menjadi Hadi saat Maqom
i.       dan lain – lainnya bahkan takjarang beliau beliau ikut aktif dan menjadi badal hadi dalam kegiatan hadroh baik dalam kegiatan Haul atau dalam acara yang lainnya
Disamping itu pula banyak Aulia dan Ulama yang  berguru langsung kepada beliau KH Abd Rokhim dalam hal ilmu Mahabbah rosul dan Hadroh ini. sehingga sering menjadi Badal KH Abd Rokhim apabila beliau berhalangan hadir dalam salah satu acara, mereka yang mulya adalah :
1.      Al Habib Abdulloh Bin Salim Al Haddad (Ayahanda Al Habib ja’far Al Haddad ) datuk dari Al Habib Husain Bin ja’far Al Haddad Lamongan
2.      KH. Kholil Kawedanan Gresik. Bahkan beliau menurut keterangan cucunya selalu rutin melaksanakan kegiatan Hadroh dipondoknya (wafat tahun 1961).
3.      KH Sya’roni bin Abdaru Baujeng Bangil. Ayahanda KH Munif Sya’roni Baujeng kecamatan Beji, dan beliau yang pertamakali mengusulkan dan menampilkan gerakan tarian Roddat.
4.      KH. Ahadun Pasuruan, seorang Ahli Ilmu Alat ( Nahwu, Sorrof, dan Balaghoh) serta Ahli dalam Ilmu ‘Arudl (ilmu Syair), beliau melaksanakan Majlis talqin lagu dan menterjemahkan Lafadz Solawat dalam hadroh setiap Malam Sabtu, tapi beliau tidak berani merubah walau hanya tentang Goyah (cengkok dalam lagu Hadroh) beliau beralasan hal tersebut (kebakuan lagu dan Cengkok) merupakan bagian dari Thoriqoh.
5.      KH Ali Muchtar bin Umar Gambiran kejayan, seorang ulama keturunan dari Syeh Nawawi Bin Umar Al Bantani.
6.      Dan lain lainnya.

Dalam memberikan pelajaran bacaan Sholawat, Lagu, Gerakan Roddat, Pukulan Rebana, dan bunyian Keplok Tangan, Beliau KH Abdurrokhim Bin Abdul Hadi mengadakan Latihan Rutinan sebagai sarana Talqin atas Bacaan Sholawat dan Lagu kepada para Anggota ( Santrinya ) setiap hari Selasa Malam Rabu bertempat di Pondoknya KH Sya’roni Baujeng, dan sepeninggal beliau pada bulan Dzul Qo’dah 1372 H. /1952 M Tradisi tersebut diteruskan Putra sulung beliau Gus Muhammad bertempat dikediaman Beliau yaitu di Kelurahan Kebonsari Kota Pasuruan. tradisi ini terus berjalan sampai dengan sekarang, dengan urutan sebagai Pengajar (Guru Hadi) sebagaimana Berikut :
1.      KH. ABDURROKHIM Bin ABDUL HADI (Tahun 1918 -1951).
2.      KH. MUHAMMAD Bin ABDURROKHIM (Tahun 1951 – 1982).
3.      KH. AGUS SAMI’ Bin ABDURROKHIM (Tahun 1982 – 1994)
4.      KH. ABDUL HADI Bin ABDURROKHIM (Tahun 1994-1995).
5.      KH.MASYKUR Bin MUHAMMAD (1995 – 1997)
6.      GUS ABDUL GHOFUR Bin NURURROSUL ( 1997 – Sekarang).

Selain para Auliya, Habaib, dan Ulama yang tersebut diatas, yang turut andil menyebarkan Hadroh hingga kepelosok daerah adalah Putra dan Cucu beliau yang tersebar di berbagai Kabupaten dan Kota di Jawa Timur yaitu :
1.      Alm.KH Muhammad di Pasuruan.
2.      Alm.KH Abdurrohman di Malang
3.      Alm. KH Abd Majid di Lumajang
4.      Alm.KH Sami’ di Gresik.
5.      Alm.KH Abdul Hadi di Jombang
6.      Alm KH Masykur Muhammad di Blitar.
7.      Alm.KH Abd Salam Abd Majid di Lumajang.
Dan sekarang dilanjutkan oleh Cucu Cucu Beliau KH Abd Rokhim antara lain :
1.      KH. Mahmud Al Chusori sami’ Mojoagung Jombang.
2.      Gus Gufron Muhammad Sepanjang Sidoarjo.
3.      Gus H Ainul Musthofa Gresik.
4.      Gus Ali Faishol Mojokerto.
5.      Gus Abdul Ghofur Nur Pasuruan.
6.      Gus Abdurrokhim Abd Hadi Mojoagung.
7.      Gus Yahya Abd hadi Mojoagung.
8.      Gus Suaidi sami’ Gresik