SUGENG RAWUH DATENG GUBUK ONLINE RAZY SAMUDRA: Blog ini kami sajikan untuk pengunjung, guna saling menambah khazanah keilmuan

Wednesday, April 22, 2015

HADROH DURAHIM-AN.



HADROH DURAHIM-AN.

Beliau KH Abdurrokhim bin Abdulhadi adalah seorang ulama kelahiran Pasuruan tepatnya di kelurahan kebonsari Kota Pasuruan. Dikenal sangat ‘Alim dibidang Fiqih dan sangat wara’ dalam kehidupan sehari-harinya, selain mengasuh pengajian dibeberapa tempat beliau juga adalah salah satu imam Rowatib di Masjid Jami’ Al Anwar Kota Pasuruan. Lewat sentuhan tangan dingin beliau Amalan Ilmu Mahabbah Rosul dengan Hadrohnya berkembang sampai ke pelosok-pelosok daerah di Jawa Timur, dan berkah dari “ijtihad” beliau juga kegiatan Hadroh yang sebelumnya hanya kumpulan orang yang bersama-sama membaca Kitab Diwan hadroh di perindah dengan perpaduan pembacaan Kitab Maulid Syaroful Anam, yang ditambah dengan bacaan atau Syair Sholawat sebagai Jawaban yang bergantian, sementara yang dahulunya para jamaah menjawab lantunan Syair hanya dengan duduk bersila sambil diiringi rebana, diperindah dengan ditambah Roddat yaitu perpaduan Jawaban Sholawat dengan gerakan tarian khusus dan keplok Tangan yang teratur serta suara sulukh, demikian pula penataan dan caranyapun yang dulunya hanya duduk bersila membentuk lingkaran, dirubah saling berhadapan antara Hadi yang disampingnya pemukul rebana berhadapan dengan para Jama’ah yang melaksanakan Roddat.

Beliau mendapatkan Amalan yang mulya ini atas Ijazah dari ayahanda beliau KH Abdul hadi, dari Ayahandanya KH Abdurrohman Bawean Gresik dari Habib Syekh Boto Putih, selain itu beliau juga berguru Ilmu ini dari Al habib Ling Ba Nahsan Pegirian Surabaya, Al Habib Segaf As Segaf pegirian Surabaya, dan juga kepada Al Habib Ahmad bin Abdulloh ba faqih Surabaya, semuanya adalah santri dari Al habib Syeh Boto Putih,. Setiap selesai belajar Hadroh di Surabaya konon beliau juga mengajar dibeberapa tempat di Surabaya hususnya di daerah Kedung Asem Rungkut, dan bersama dengan warga sekitar beliau mengagas pendirian Masjid As Salafiyah Kedung Asem yang sampai sekarang Masjid tersebut keberadaanya sangat bermanfaat bagi warga sekitar. Dan dalam rangka untuk mengenang jasa beliau, Warga Kedung Asem setiap Bulan Dzul Qo’dah memperingati Haul beliau dan mengundang Jam’iyyah ISHARI se- Jawa Timur. diceritakan pula bahwa dalam mengarang Syair dan Lagu Sholawat, beliau bertafakkur dan berwasilah di Makam Al Habib Alwi Bin Segaf Assegaf  Kebon Agung Pasuruan dan dengan seizin Alloh serta berkah dari Karomah Dua Ulama ini, diceritakan bahwa Al Habib Alwi Assegaf   Datang dan membimbing beliau akan bacaan serta Syair Sholawat yang dalam Anggota  ISHARI dikenal dengan istilah Muroddah atau Jawaban.

Berikut tatacara kegiatan Hadroh hasil “Ijtihad” KH.Abd Rokhim Bin Abdul Hadi.
A.    Bacaan Khas (Khusus) yang diamalkan dengan lantunan lagu yang Khas (khusus).
1)   Semula hanya bacaan Sholawat yang bersumber dari kitab Diwan hadroh, oleh beliau dipadukan dengan pembacaan Kitab Maulid Syaroful Anam dan ditambah bacaan Sholawat berbentuk Syair yang berfungsi menjadi semacam jawaban atas pembacaan kumpulan Bait-bait Syair  Kitab Maulid Syaroful Anam oleh Guru Hadi (kumpulan bait bait tersebut dalam Hadroh dikenal dengan sebutan Mukhud ). Ada 13 Mukhud dalam Hadroh selain Mukhud Ibtida’(pembuka) dan Takhtim (Penutup),  dan nama Mukhud biasanya diambil dari Lafadz Bacaan yang Awwal pada kumpulan bait dalam kitab Maulid Syaroful Anam seperti Mukhud Bi syahri, Tanaqqol ta, Wulidal habib dan seterusnya
2)   Lantunan lagu pembacaan amalan Sholawat bernotasi dan berintonasi khusus, (Para Ulama berpendapat “itu lagunya orang yang Tadlorru’ kepada Alloh SWT), dan hanya bisa dilakukan oleh Beliau KH Abdurrokhim (Guru Hadi) dan orang lain (santrinya) yang terbimbing melalui tarbiyah dan talqin (Guru badal hadi) oleh beliau. Dikandung maksud tarbiyah itu untuk sanad bacaan lafadz Sholawatnya sementara talqin itu untuk Thoriqoh lantunan dan notasi Syairnya.

B.     Rebana, ragam istilah nama irama pukulan, dan arti filosofisnya.
1)   Rebana yang digunakan adalah berdiameter 30 cm dengan tambahan 2 pasang kencreng dan minimal dilakukan oleh 3 orang, sedangkan posisi tempat pemukul adalah 3 Orang disamping kanan Guru hadi dan 3 Orang lagi (kalau ada) sebelah kiri Guru Hadi berhadapan dengan jamaah Roddat. Dikandung maksud jumlah minimal pemukul 3 Orang adalah simbul dari Tiga pokok ajaran Agama yaitu Iman, Islam, dan Ikhsan atau 3 pokok Ilmu dalam agama Islam yaitu Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, dan Ilmu Tasawwuf .
2)   Notasi Irama pukulan rebana mengikuti Notasi lagu yang dibawakan oleh Guru Hadi, oleh karena itu irama pukulan dalam hadroh bukan irama pukulan biasa-biasa yang hanya hasil dari kreasi seni belaka, akan tetapi irama pukulan dalam Hadroh merupakan bagian dari Thoriqoh karna mengandung makna filosofis yang mendalam sehingga penguasaannya pun harus melalui tarbiyah atau belajar kepada Guru Hadi, ada beberapa ragam istilah nama dalam irama pukulan Hadroh yaitu :
i      Pukulan Irama Juz dan atau Rojaz.
Juz diambil dari bahasa Arab Juz’un yang artinya adalah Tubuh, dzat, dikandung maksud arti dari pukulan irama Juz dalam Hadroh adalah simbul dari Dzikir kepada Dzat yang Maha Esa (Alloh SWT) atau mengingat diri pribadi Rosululloh Muhammad SAW yang sempurna secara Kholqon wa Khuluqon, hal ini sesuai dengan notasi irama pukulan Juz yang berbunyi (tak dik -tak), dan irama tersebut sangat selaras dengan Notasi lafadz HU AL- LLOH atau lafadz MU HAM – MAD. Sedangkan kata Rojaz adalah kata yang diambil dari nama aturan pembuatan syair dalam bahasa arab (Ilmu bahar) bahwa syair dalam Hadroh banyak menggunakan bahar Rojaz.

ii    Pukulan Irama Yahum/Robby.
Yahum diambil dari lafadz Ya Yuwa kalangan sufi membunyikannya dengan Ya Hu atau Ya Hum yang memiliki arti harfiyah “Wahai Dialah (Tuhan Ku,/ Nabiku)” dikandung maksud, Irama pukulan yahum dalam Hadroh adalah simbul dari Dzikir dua kalimah tauhid yaitu kalimah LAILAHA ILLALLOH dan kalimah MUHAMMADUR ROSULULLOH, memang apabila disimak dengan benar maka notasi irama pukulan Yahum akan serasi dengan notasi kalimah LA-ILAHA-ILLALLOH – MUHAMMADUR-ROSULULLOH. Dalam irama yahum ada tiga notasi irama yang dipadukan yaitu :
1.   krotokan terdiri dari lima hentakan (taktak –taktak- dik) yang bermakna pengamalan Rukun Islam.
2.   Penyela (selat-an) terdiri dari empat hentakan (tak-tak-tak-dik) yang bermakna sumber hukum dasar pengamalan Agama islam yaitu Al Qur’an, Al Hadits, Al Ijma’ dan Al Qiyash.
3.   Pengonteng (lanangan) terdiri dari tiga hentakan (tak dik tak) yang bermakna pokok ajaran dalam Islam Yaitu Tauhid, Fiqih dan Tasawwuf.
Dan ketika tiga notasi irama pukulan tersebut dipadukan maka akan terlahir irama notasi kalimah LAILAHA ILLALLLOH atau notasi kalimah MUHAMMADUR ROSULULLOH.

Dua jenis pukulan diatas (juz dan yahum) yang banyak di gunakan dalam kegiatan Hadroh, sementara tiga yang lainnya hanya sesekali itupun hanya dalam mukhud-mukhud tertentu seperti Mahallul Qiyam,Tahtim, dan sebagian mukhud yang lain, adapun kata Robby tidak lazim disebut dalam Ishari namun demikian berarti lafadz Robby bermakna “Tuhanku”  dikandung maksud irama pukulan ini bertujuan untuk mengingat Alloh SWT dzat pemelihara kita,

iii   Pukulan Irama Tereem.
Penyebutan kata Terem artinya mengingatkan kepada jamaah bahwa Hadroh ini berasal dari kota Tareem Negara Yaman
iv   Pukulan Irama Inat.
Inat adalah juga nama sebuah kota di Negara Yaman bagian selatan
v     Pukulan Irama Hijaz.
Demikian pula kata Hijaz artinya, adalah nama negara hijaz yang berarti adalah kota Makkah, Madinah, Taif dan lain lainnya sebelum berganti nama menjadi Negara Saudi Arabiyah

C.     Roddat dan makna filosofis yang terkandung didalamnya.
            I.     Roddat diambil dari bahasa arab kata kerja Rodda - yaruddu – roddan bermakna mengembalikan, Membalas, menolak. Artinya bahwa orang yang melaksanakan roddat dalam hadroh adalah orang yang membalas secara bersama sama atas lantunan Syair Solawat yang dilantunkan oleh Guru Hadi
          II.     Roddat menurut istilah dalam Hadroh adalah Orang yang membalas secara bersama sama atas lantunan Syair Solawat yang dilantunkan oleh Guru hadi sambil lalu melakukan gerakan tarian khusus (Roqs) sesekali melakukan keplok tangan (Tashfiq), dan bersuara sulukh dalam istilah kaum Sufi atau (Sambat dalam bahasa jawa) atau (Nida’dalam bahasa Arab). Tatacara semacam ini lazim dilakuan dikalangan sufi  seperti Tarian Sima dalam Thoriqoh Maulawiyah Oleh Syeh Jalaluddin Rumy di Turki, Tarian Samman dalam Thoriqoh Sammaniyah oleh Syeh Al Qutb Muhammad Bin Abdul Karim As Sammani dan lain lain
        III.     Dikandung maksud yang pertama, bahwa “seluruh makhluq yang ada diantara langit dan bumi bertasbih mengagungkan dan menyucikan Alloh SWT “ dan semua makhluq tersebut bergerak, sehingga tarian roddat dimaksudkan melatih seluruh tubuh manusia untuk bergerak bertasbih dan berdzikir kepada Alloh SWT. Kedua bahwa para Malaikat di Sidrotul muntaha bertawaf berputar  mengelilingi Arsy karna bahagia dan gembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. sehingga tarian roddat dimaksudkan melahirkan rasa gembira atas kelahiran dan kehadiran Nabi Muhammad karna hal itu merupakan Anugrah terbesar yang dikaruniakan Alloh SWT kepada Ummat Manusia.
Dalam Gerakan Roddat ada Dua Macam yaitu :
1)     Roddad hanya dengan badan dengan mengikutsertakan anggukan kepala yang diserasikan dengan Notasi irama rebana.
2)     Roddad badan dengan Tarian tangan seakan-akan menulis lafadz Muhammad.
       IV.     Demikan pula keplok tangan (Tashfiq) dimaksudkan melahirkan rasa bahagia atas kehadliran Rosululloh SAW yang diyakini beliau hadir pada saat sejarah maulidNya dibacakan,
         V.     Sementara suara kecil (sulukh dalam istilah kaum Sufi) atau (Sambat dalam bahasa jawa) atau (Nida’dalam bahasa Arab) dimaksud kan untuk bermunajat dan mengadu kepada Alloh SWT dan memohon Syafaat dari Rosululloh SAW.

D.    Aspek Hukum yang dipakai landasan atas semua tatalaksana dalam Hadroh.
Landasan hukum yang dipakai dasar pada tatalaksana Hadroh adalah tetap dalam lingkup ilmu Fiqih ala Madzhibil Arba’ah dan hal itu beliau tulis dalam kitab Qonun Al Hadroh yang menerangkan hukum dan fadlilah Maulid Nabi, hukum Roddad, Hukum Keplok, Hukum Lagu, Hukum Suara sulukh, Hukum memanjangkan lafadz pendek dan atau sebaliknya, dan tentunya hukum Rebana. disamping itu semua kitab tersebut juga berisi Muroddah (beberapa bacaan sholawat Hadroh yang dipakai sebagai jawaban pada setiap Mukhud)

Seiring bertambahnya tahun keberadaan jam’iyyah ini semakin banyak pengikutnya dan hampir merata diseluruh Jawa  Timur bahkan sampai ke daerah Jawa tengah dan sebagian daerah propinsi Kalimantan. Bahkan diceritakan, bahwa lancarnya perjalanan Musyawarah pembentukan Komite Hijaz tahun 1926 yang menjadi cikal bakal lahirnya Nahdlatul Ulama adalah salah satunya karena diluar arena rapat dilaksanakan kegiatan Hadroh. hal itu dilakukan agar pemerintah colonial belanda tidak curiga bahwa ditempat tersebut (disurabaya di kediaman Alm.KH WAHAB HASBULLOH) tengah dilaksanakan sebuah pertemuan ulama pesantren untuk melahirkan NAHDLATUL ULAMA. Selain dari pada itu sejak adanya jam’iyyah ini setiap ada kegiatan Haul para Auliya dan Ulama di Wilayah Jawa Timur hususnya hampir dapat dipastikan selalu mengundang jam’iyyah Hadroh ini untuk membaca Sholawat, tentunya kegiatan ini selalu dihadiri oleh Beliau KH Abdurrohim sehingga dikarenakan masyarakat tidak berani memulai acarah Hadroh tersebut terkecuali atas seizin dan bimbingan beliau maka masyarakat lebih mengenal kegiatan ini dengan istilah Hadroh Durahiman.

0 komentar: