TUTUR TINULAR
PARA WALI DAN ULAMA
DALAM KEGIATAN ISHARI
Banyak sekali cerita cerita
menarik dan bernuasa religius yang terjadi didalam kegiatan ISHARI, baik yang
dilakukan oleh para Wali maupun Ulama bahkan orang biasa sehingga dapat
menghasilkan kisah menarik dan penuh dengan ketakjuban, kisah dan cerita yang
diungkapkan ini adalah sebagian kecil dari sekian banyak kisah dan cerita yang
ada dalam kegiatan Hadroh atau ISHARI, seperti berikut ini :
1.
Diselamatkan oleh “Rosululloh SAW”
Pada saat acara haul Mbah
Karimah Kembang kuning Surabaya dimana pada acara tersebut pada malam harinya
diadakan kegiatan Hadroh oleh Hadrotus Syeikh KH Abdurrokhim dan
para Santrinya. Pada acara tersebut seperti biasanya dari pihak penyelenggara
menyiapkan jamuan, namun ada yang ganjil dalam jamuan tersebut yaitu ada
beberapa serdadu compeni belanda yang bermaksud membunuh KH Abdurrokhim
dan para santrinya dengan cara memberikan racun pada makanan dan minuman yang
akan disajikan, akan tetapi terjadi keanehan dimana ada sosok yang gagah dan perkasa
serta berwajah tampan memakai jubah putih dan berkalung surban hijau datang
mencegah kepada para serdadu sehingga para serdadu belanda tersebut lari
pontang panting bahkan ada yang pingsan, pada saat dia sadar dari pingsannya
maka ditanyailah dia tentang apa yang terjadi, dengan memohon maaf serta penuh
rasa menyesal serdadu tersebut bercerita tentang maksud dan tujuannya, serta
tentang kedatangan sosok yang mencegah tersebut, ketika ditanyakan kepada Hadrotus
Syekh KH Abdurrokhim siapakah sosok tersebut beliau tidak menjawab dan
berlalu sambil tersenyum kecil ( subhanalloh !! mungkinkah itu Rosululloh
datang menyelamatkan ummatnya yang tengah membaca riwayat beliau dan menyanjung
beliau )
“ Cerita ini
dari bani Abdurrokhim.”
2. Berondongan
Peluru meleset
Pada sekitar tahun 1948 dimana di derah Jawa
Timur tengah bergolak perang oleh rakyat untuk menghadapi Agresi militer sekutu
dan belanda, kebetulan pada saat yang bersamaan ada kegiatan Haul Mbah Karimah
di Kembang Kuning Surabaya, seperti biasanya acara tersebut dihadiri oleh KH
Abd Rokhim dan para jamaahnya, namun ketika KH Sya’roni menjemput beliau di
kediamanNya beliau kurang sehat sehingga tidak bisa hadir pada acara haul
tersebut. Beliau bilang “ wis budalo Syak, karo konco konco liyane, aku gak
iso hadir, awakku kurang sehat, engkuk
badalno nang sopo ae sing hadir kanggo mimpin !. Enggeh yai, jawab Kyai Sya’roni.
Tapi rencang rencang ajreh yai, polae teng porong sak pengaler sakniki
wonten perang, sedoyo ingkang liwat teng mergi meriku di bedili kale londo !,
enggak wis budalo, ambik ojok leren leren moco o Shollallohu ‘alal madani
sak pitutuke insya Alloh selamet, jawab beliau. Dengan perasaan was-was dan
ragu berangkatlah Kyai Sya’roni ditemani beberapa jama’ah naik kendaraan dokar
(delman) ke Surabaya, tiada henti mereka semua membaca Sollallohu ‘alal
madani Muhammad Rofi’issyan ma gorrod ‘alal fanani qumriyun ‘alal Agshon
(sebuah syair Sholawat dalam mukhud Tanaqqol ta). Dan ternyata kekhawatiran
Kyai Sya’roni menjadi kenyataan sesampai di kota porong Sidoarjo rombongan
mereka bukan dicegat oleh pasukan sekutu melainkan langsung diberondong
tembakan yang bertubi-tubi, secara akal
mestinya mereka tewas semua, namun keajaiban terjadi, tiada satupun
peluru yang ditembakkan serdadu sekutu kepada rombongan tersebut mengenai
sasaran, bahkan kuda delmannya pun juga selamat tak tertembus peluru sama
sekali. Akhirnya rombongan ini selamat sampai dikembang kuning dan melaksanakan
pembacaan maulid bil Hadroh, ketika disampaikan hal tersebut kepada KH
Abdurrokhim, beliau tersenyum sambil menjawab “ iyo, kalimah syair
Sholawat iku aku oleh ijazah langsung teko kanjeng Nabi Muhammad SAW. Yo mesti
ae mandi lan diselametno karo Gusti Alloh”
Cerita dari KH Munif Sya’roni
3. Ibu ibu jadi
lupa memasak.
lain halnya dikembang kuning lain pula yang
terjadi di sidosermo Surabaya dimana pada acara kegiatan Hadroh di situ para
ibu ibu dikomplek pondok tersebut banyak yang sinis bahkan mencibir dengan
bergumam “ ah , model bacaan maulid apa yang dibawakan kyai Abdurrokhim itu
? “ mungkin pada saat yang bersamaan beliau Hadrotus Syekh mengetahui hal
tersebut, sehingga beliau sesumbar dan berkata “ saya tidak akan pernah hadro-an
disini kalau para ibu-ibu tidak takjub terhadap bacaan yang saya baca nanti, maka
Subhanalloh lagi-lagi kebesaran Alloh SWT ditunjukkan, ketika kyai mulai
membaca Assalamu Alaika zainal Anbiya’I, para ibu ibu di areal komplek
datang dengan tanpa rasa malu berduyun duyun melihat dan mendengarkan bacaan
Maulid sampai dengan selesai, saking senangnya para ibu-ibu sampai lupa kalau
harus menyiapkan hidangan untuk para tamu, maka jadilah acara tersebut diakhiri
dengan tanpa ada jamuan karena para ibu-ibunya lupa memasak saking senangnya
melihat kyai Abdurrokhim dan para santrinya ber Hadroh-an.
“ Cerita ini
dari Bani Abdurrokhim.”
4. Jenazah mau
terangkat hanya dengan Hadroh
Al Habib Abdulloh Bin Segaf Assegaf pegirian
Surabaya, beliau adalah salah satu Habaib yang sangat menyukai kegiatan Hadroh,
suatu saat beliau berpesan kepada keluarganya, “ kalau saya meninggal dunia,
tolong jenazahku nanti diantar kepemakaman dengan diiringi bacaan Mahallul
Qiyam dan Hadroh oleh kyai Abdurrokhim Pasuruan ya !”, tidak lama setelah itu
beliau benar benar dipanggil ke Rahmat Alloh (Wafat). Seluruh keluarga sibuk melaksanakan
persiapan prosesi Jenazah sehingga lupa terhadap pesan beliau, ribuan pelayat
hadir guna memberikan penghormatan yang terakhir terhadap ulama yang juga Dzurriyah
Rosululloh ini, pada saat keranda Jenazah mau diangkat ke pemakaman
ternyata tidak bisa diangkat, sampai dengan diangkat 20 orang pun tetap keranda
Jenazah beliau tidak bisa diangkat, para pelayat kebingungan sampai akhirnya
ada dari keluarga yang ingat pesan beliau ketika masih hidup, serta merta pada
saat itu juga dari pihak keluarga menjemput KH Abdurrokhim ke Pasuruan,
mengetahui bahwa yang meninggal adalah putra guruNya, beliau langsung bergegas
dengan membawa Hadroh ikut serta bersama rombongan yang menjemputNya ke
Surabaya, sesampai di Rumah duka beliau langsung Sholat Jenazah dan membaca Ya
Nabi Salam ‘Alaika, dst. dikuti oleh para pelayat untuk mengangkat
Jinazah, namun tetap saja keranda jinazah tidak bisa diangkat, lantas KH
Abdurrokhim memberikan Isyarat agar rebana HadrohNya di mainkan mengiringi
jawaban Syair Sholawat, Subhanalloh hanya dengan 4 orang, Jenazah beliau
bisa diangkat menuju ke pemakaman bahkan terasa seperti terangkat dan berjalan
sendiri.
“ dari banyak Sumber dan dari keluarga
bani Abdurrokhim”
5. Sang Terompa
emas kencing di Masjid
Dikembang kuning pada saat Haul mbah Karimah,
seperti biasanya dilaksanakan pembacaan Sholawat Hadroh dan kebetulan pada saat
itu hujan gerimis sehingga setiap orang harus bersih kakinya ketika akan
memasuki areal masjid tempat dilakukannya pembacaan Sholawat, syahdan hadirlah
ketika itu Gus Ud (panggilan Akrab Al Arif Billah KH Ali mas’ud
Pagerwojo) dan beliau bergegas ke masjid untuk memimpin mukhud dengan tidak
memakai sandal, namun aneh ketika naik ke masjid tidak ada sedikitpun kotoran
dikaki beliau, dan pada saat di ledek oleh Gus Masykur Muhammad “ lo Gus !
kok mboten damel terompa ? beliau menjawab “wis kok, terompa emas –
terompa emas“ kilahnya, dan langsung beliau memimpin mukhud tanaqqolta
saat itu, kemudian kembali beliau bersikap aneh yaitu ditengah sedang
membacakan sholawat beliau berdiri dan kencing dihadapan peserta roddad, namun
air kencing beliau tidak ada sedikitpun yang mengenai para pe Roddad yang
didepan namun justru mengenai orang yang ada dikejauhan dari posisi beliau,
sehabis itu beliau melanjutkan kembali memimpin mukhudnya, setelah berselang
lama, eh kok kebetulan orang yang terkena air kencing Gus Ud saat dikembang
kuning itu dikemudian hari mereka adalah orang orang yang keikutsertaanya di
ISHARI hanya untuk mencari keuntungan pribadi semata dan sering membuat ulah
tidak baik di Organisasi ISHARI.
Cerita dari KH. Anshori Nasir
Sidogiri.
6. Klontongan
Usang penyelamat dari Bencana
Suatu hari beliau Gus ud berkunjung ke
kediaman KH Sya’roni Baujeng dan mengajaknya bepergian keliling di sekitar
Wilayah Bangil, sampai pada salah satu rumah warga yang kebetulan orang ini
termasuk orang kaya yang banyak memiliki kuda dan sapi berikut kandangnya,
syahdan Gus Ud langsung ke areal kandang tersebut dan berteriak, “ eh
tulungen iku ! tulung delok en iku ono opo dek ningsor iki, ? kemudian yai
Syakroni menjawab “mboten enten nopo-nopo Gus “ beliau menimpali “loh
enggak enggak, onok iku tulung kedukno ! maka dengan serta merta Kyai
Sya’roni menyuruh salah satu santrinya untuk menggali ditempat yang ditunjuk
Gus Ud, diceritakan bahwa tempat yang ditunjuk kemudian digali adalah tempat
tumpukannya Celetong (kotoran sapi/kuda). Setelah digali sampai kedalaman kira
2 meter dari permukaan tanah ternyata belum menemukan sesuatu. Akhirnya kyai Sya’roni
matur kepada Gus Ud, “ Gus ! mboten enten nopo npone gus ! beliau agak
marah sambil menjawab “ loh, ono iku. ono iku, iku aku ketok murup terusno
wis ! dengan penuh ketidak mengertian terus saja si santri menggali, dan ternyata
dia hanya menemukan klontongan rebana Hadroh yang sudah lapuk dan sangat
jelek. Langsung saja santri ini bilang “ niki ta mbah engkang dipun padosi
jenengan ? dengan riang beliau mengiyakan seraya ber ucap “iyo, iyo iku
sing tak karepno jaluk tulung umbahno yo sing bersih terus warahno pisan nang
sing duwe umah, tak jaluk aku yo ? waraen sing ikhlas yo ?. enggeh mbah, jawab santri tersebut sambil
bergegas melaksanakan apa yang diperintah Gus Ud. Lantas pulanglah
beliau-beliau semua dengan memabawa klontongan rebana yang usang tadi, ditengah
perjalanan kyai Sya’roni bertanya kepada Gus Ud, “damel nopo Gus ? niku mpun
awon kulo gantosi engkang sae mawon engge gus ? beliau menjawab “engkuk
awakmu weruh dewe Syak (panggilan Akrab KH Sya’roni). Selang dua hari
terjadi kebakaran besar menimpa di daerah dekat Pager wojo Sidoarjo dan seluruh
rumah dikampung tersebut (kira-kira 10 rumah) semua ludes terbakar dan hanya
ada satu justru yang posisi bangunannya ditengah tidak terbakar, semuanya masih
utuh, dan tentu saja semua orang heran dibuatnya. Ternyata rumah yang selamat
tersebut adalah milik Anggota ISHARI yang kemarin harinya dikunjungi Gus Ud dan
beliau memberikan Klontongan Rebana yang diambil dari menggali di daerah Bangil
itu, beliau berpesan kepada si pemilik rumah “tulung iki templekno dek
tembok umahmu yo !” Subhanalloh, Maunah dan Maziah dari Alloh bisa
tertempel di klontongan rebana yang usang dan menjadi wasilah selamatnya sebuah
rumah dari bencana kebakaran.
Cerita dari KH Munif Sya’roni
Baujeng.
7. Sok Alim yang
terpelanting
Di daerah kecamatan lekok Pasuruan ada seorang
ustadz yang merasa ingkar atas cara Majlis hadi membaca dan memimpin
acara Maulid Hadroh, lazim di dengar dari beliau-beliau dalam melantunkan dan
melafadzkan kalimah kalimah berbunyi tidak sesuai dengan ilmu tajwid, contohnya
seperti A YA NABI A SALAM ‘ALAIKA, A YA ROSUL SALAM ‘ALAIKA A YA HABIB SALAM
‘ALAIKA A SHOLAWATULLOH ‘ALAIKA, dengan tambahan bunyi huruf “A” pada
setiap lafadz awalnya. Dia (ustadz) bilang kepada salah satu pimpinan
ISHARI di daerah tersebut “kalau begini
caranya orang orang ISHARI membaca, mereka akan dosa semua karna tidak memakai
Ilmu Tajwid. dikarnakan pimpinan ISHARI tersebut enggan berdebat akhirnya dia
(pimpinan) menimpali dengan mengajak dia (ustadz) sowan ke KH Abdul Hamid
Pasuruan, agar memperoleh penjelasan boleh tidaknya melafadzkan seperti itu.
Jadilah mereka berdua berangkat ke kediaman KH Abdul Hamid esok harinya, dan
sesampai di kediaman beliau, mereka berdua langsung disambut olehNya dengan
cara beliau memegang rebana Hadroh sambil melantunkan Syair A YA NABI A
SALAM ‘ALAIKA, A YA ROSUL SALAM ‘ALAIKA A YA HABIB SALAM ‘ALAIKA A
SHOLAWATULLOH ‘ALAIKA, dengan tambahan bunyi huruf “A” pada setiap lafadz
awalnya. Lalu beliau berujar “Enak – an ngene yo ? yo, yo enak an ngene.
Dan akhirnya si Ustadz ini malu, tidak sampai mengutarakan maksud dan tujuan
kedatangannya menghadap beliau.
Cerita dari Ust.Rawakhid lekok.
8. Pulang kepada
yang dicinta
Di daerah Pasuruan dan sekitarnya hampir bisa
dipastikan ketika ada Walimah baik itu walimah ‘Arusy atau yang lainnya selalu
dibacakan Maulid Nabi dengan diiringi Hadroh pada saat Mahallul qiyam, dan
pernah suatu hari beliau KH Abdul hamid mendapatkan undangan Walimah dari salah
satu kerabatnya di Jember, sehingga beliau berangkat naik mobil mengajak
sebagian keluarga dan santri, sesampai di Probolinggo beliau bertanya kepada
salah satu santri di dalam mobil tersebut, apakah sudah bawa Hadroh ISHARI
untuk walimah nanti ? santri tersebut menjawab, maaf yai kami lupa ? beliau
menimpali, oh kalau begitu balik saja ke Pasuruan ambil Hadroh Dulu ! demi
hanya mengambil Hadroh beliau memerintahkan rombonganNya kembali ke Pasuruan, Subhanalloh
sungguh sebuah pengakuan yang luar biasa dari seorang waliyulloh terhadap
ISHARI.
Demikian pula pada saat WafatNya Alm.KH
Muhammad Bin Abdurrokhim pada hari senin malam selasa tanggal 4 Robiul Awwal
bertepatan dengan tanggal 20 Desember 1982, dalam keadaan kurang sehat beliau
jalan kaki dari kediaman beliau datang bertakziyah sekitar jam 12 malam
ditemani beberapa santri, setelah solat jenazah dan berdo’a beliau berkata
dengan suara agak keras sampai di dengar banyak orang, “ kang Mad yo wis
Budaloh disek Salam yo Nang Kanjeng Nabi Muhammad SAW marine ngene aku yo
nututi” setelah itu beliau pulang dan mengatakan kepada banyak orang, “Kang
Mad iku wis di enteni nang Rosululloh, jane masih aku lek koyok kang mad ngene
yo nemen geleme lek budal saiki. Subhanalloh !.. selang lima hari
dari Wafatnya KH Muhammad Bin Abdurrokhim yaitu pada hari sabtu tanggal 9
Robiul Awwal bertepatan dengan tanggal 25 Desember 1982 beliau KH Abdul Hamid
juga pulang menemui kekasihNya yaitu Alloh SWT dan Nabi Muhammmad SAW. INNALILLAHI
WAINNA ILAIHI ROJI’UN.
Cerita Dari Ust Ashfihani dan keluarga bani Abduurokhim.
9. Karena ingkar
hampir terbakar
Alm KH Masykur Bin Muhammad bin Abdurrokhim
suatu hari didatangi oleh seorang ulama yang cukup Alim dan memiliki Pondok
pesantren di daerah Kabupaten Blitar, turut serta dalam rombongan beliau
beberapa kolega dan santrinya, beliau datang dengan maksud menyampaikan dan sekaligus
mengajak berdebat tentang dasar hukumnya ISHARI menurut tinjauan hukum Fiqih
kepada Kyai Masykur, dengan nada sinis Kyai ini bertanya kepada kyai Masykur, “Kyai,
ISHARI niku nopo karepe ? kulo tingali coro lan lelampahanipun kok katah seng
melenceng saking Hukum Agomo ? dengan sedikit menahan marah Kyai Masykur
menjawab, “ ngapunten enggeh kyai, kulo niki mek nerusaken lelampahanipun
mbah mbah kulo lan wali wali lintune, bok bilih ISHARI niki mboten den Ridloni
Gusti Alloh mungkin enggeh mboten sampe sak niki kawontenane, dadose niku mawon
jawaban kulo”, kemudian dengan raut
kecewa sang kyai pulang dengan nada sinis beliau bergumam, oh tibakne mek
sak mene ilmune kyai Masykur, dan kemudian sungguh luar biasa, pada malam
harinya sang kyai bermimpi seakan akan beliau wafat dan berada di Alam kubur,
dalam mimpinya, beliau merasa tidak mampu menjawab pertanyaan Malaikat sehingga
beliau di siksa dengan semburan Api yang menjilat-jilat. Serta merta beliau
berteriak menjerit minta tolong, namun tak satupun orang datang memberikan
pertolongan, pada saat hampir putus asa dan dicekam perasaan takut sekali,
ternyata ada sesosok tangan memegang rebana Hadroh dan menagkis serta menangkal
semburan api yang hendak membakarnya sehingga beliau selamat dan tidak
terbakar, begitu beliau terbangun dari tidurnya dengan seketika beliau menagis
sejadi-jadinya, dan keesokan harinya beliau datang lagi ke kediaman KH Masykur
untuk meminta Maaf dan sekaligus mengundang beliau untuk Acara Hadroh an di pondoknya,
Al hamduliillah sampai dengan sekarang pondok tersebut setiap tahun
pasti mengadakan kegiatan maulid Hadroh ISHARI.
Dari Keluarga bani Abdurrokhim
10. Karomah Si
pemanggul HADROH.
Kang Salam, begitu orang Desa Rowo gempol
kecamatan Lekok memanggilnya, dia adalah seorang yang awam dan hidup dalam
kemiskinan. Dan hanya hidup dengan istrinya karna tidak memiliki anak dan
saudara, setiap harinya dia bekerja
makelaran (Blantik) kambing dipasar Grati Pasuruan, sebuah pekerjaan yang
dianggap rendahan oleh orang kebanyakan. Tidak ada ibadah yang menonjol pada
diri kang salam selain Sholat dan aktif ikut Hadroh an sebagai Anggota, dalam Hadroh
pun dia tidak bisa menguasai apapun seperti mimpin, mukul rebana, bahkan jawaban
sholawatnya pun dia hafal lewat pendengaran itupun banyak yang salah cara melafadzkannya,
maklum dia termasuk orang yang sangat awam, namun keikhlasannya ikut Hadroh
tidak diragukan lagi, bagaimana tidak, dialah yang selalu memanggul terbang Hadroh
kemana-mana pada saat jamaahnya menghadiri undangan dan tak jarang pula dia
yang membawakan berkat (Bhs jawa, Jamuan dari orang yang mengundang) milik
teman-temannya karna memang oleh teman temannya “sengaja” dititipkan kepada
dia, sebab dia tidak pernah menolak apabila dimintai pertolongan membawakan
sesuatu, walaupun sebetulnya teman teman mereka melakukan hal itu dengan niat
“sedikit merendahkan dia”. Namun dia selalu mengerjakan apa yang sebenarnya
bukan menjadi tanggung jawabnya tersebut dengan hati yang ringan, dan tiba
saatnya setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian, demikian Taqdir Alloh
SWT berlaku juga kepada kang Salam, dan jenazah beliau dimakamkan dipemakaman
umum, tdak ada yang istimewa pada prosesi pemakaman dia, pelayatnya pun hanya
masyarakat sekitar dan tidak terlalu banyak yang ikut mengantar Jenazahnya
kepemakaman. Pusara makamnya pun hanyalah dari bambu yang mungkin tidak bisa
bertahan lama karna akan dimakan rayap, dan persis disisi barat makam kang
salam ada pohon mengkudu. Selang kira-kira 10 tahun setelah kematian kang
Salam, ada seorang Kyai dikampung tersebut juga wafat, dan akan dimakamkan
dipemakaman umum dimana kang salam juga dimakamkan, namun masyarakat sudah
tidak bisa lagi mengenali makam kang salam karna sudah tidak ada pusaranya,
maklum dia tidak punya anak dan keluarga sehingga tidak ada yang berziarah dan
merawat kemakamnya. Dan masyarakat menggali makam untuk sang Kyai persis
disebelah Timur pohon Mengkudu, pada saat masyarakat melakukan penggalian tersebut
ternyata mereka menemukan jenazah yang utuh beraroma harum dengan bungkus kain
kafan yang utuh pula, ketika dibuka kain kafannya untuk memastikan mayat
siapakah gerangan yang mulya ini, dan ternyata jenazah yang utuh badan dan kain
kafannya itu adalah Jenazah Kang Salam sang Pemanggul Hadroh, Subhanalloh,
Wallohu Yuizzu Man Yasyak Wa Yudzillu Man Yasyak biyadihil khoir.
“ diceritakan oleh Bpk Abd Karim
lekok ”
Daftar pustaka
:
ü Maulid Syarofu Al Anam Oleh Syeh
ibnu Jauzii,
ü Fathu As Shomadi Al Alim fi Syarhi
Syarofi Al Anam Oleh Syeh Nawawi Bin Umar Al Bantani.
ü Al Qonunu Al Hadroh Oleh Syeh Al
Hajj Abdurrokhim.
ü ‘Iqdu Al farid Fi Jawahiri Al
Asanid Oleh Syeh Yasin Al Padani.
ü Tanwiru Al Qulub.
ü Al Ushulu Al Thoriq
ü Qomus Al Munjid
ü Insklopedi Islam oleh Kementrian
Agama terbitan Tahun 2000 M,
ü ISHARI dari tahun ketahun Oleh PW
ISHARI Jawa Timur Tahun 2013.
ü Ulama berpengaruh di Indonesia oleh
Abu An’im terbitan Mu’jizat Surabaya Tahun 2010.
ü AD/ART NU Hasil Muktamar di Solo,
Cipasung, Boyolali, Lirboyo, dan Makassar.
ü Hasil Muktamar Jam’iyyah Ahli At
Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah ke XI di Malang.
Nara Sumber :
ü Al Habib Muhammad Luthfi Bin Ali
Bin Hasyim Bin Yahya Pekalongan.
ü Al Habib Taufiq Bin Abdul Qodir As
Segaf Pasuruan.
ü KH M Bahri Ihsan Surabaya.
ü Alm. KH Masykur Muhammad Blitar
ü KH Mahmud Al Chusori Sami’
Mojoagung Jombang.
ü Gus Gufron Muhammad Sepanjang dan
Semua bani Abdurrokhim.
ü Alm. KH Anshori Nasir Sidogiri.
ü KH Munif Sya’roni Baujeng Beji.
ü KH Ali Fikri Mahfudz Wrati Pasuruan
ü Ir H Yusuf Arif Surabaya.
ü PC. ISHARI Kab dan Kota Pasuruan.
ü Tokoh dan pelaku ISHARI Pasuruan.
0 komentar:
Post a Comment