SUGENG RAWUH DATENG GUBUK ONLINE RAZY SAMUDRA: Blog ini kami sajikan untuk pengunjung, guna saling menambah khazanah keilmuan

Wednesday, April 22, 2015

PEMBAWA HADROH KE TANAH JAWA



PEMBAWA HADROH KE TANAH JAWA

Menurut pernyataan Al Alim Al Allamah Al Habib Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahya Pekalongan (Mursyid Am Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah). Bahwa yang berjasa membawa Hadroh ke Tanah jawa adalah Al Habib Syekh Bin Ahmad Bin Abdulloh Bin Ali Ba Faqih yang lebih Masyhur dengan sebutan Habib Syeh Boto Putih. seorang ulama kelahiran kota Syihr Yaman pada Tahun 1212 H atau 1812 M. beliau datang ke Surabaya pada usia 39 tahun yaitu sekitar Tahun 1251 H.atau bertepatan dengan tahun 1830 M. ( sebelum periode Al Arif Billah KH. M Kholil Bangkalan) dengan maksud berda’wah dan menyebarkan ilmu ditanah jawa yang pada saat itu masih dalam kekuasaan pemerintahan colonial belanda, sebelumnnya beliau merantau keberbagai negara untuk menimba Ilmu, diantara guru beliau yang masyhur adalah Sayyid Achmad Bin Alwi Jamalullail Yaman, Sayyid Umar Bin Abdul Karim Bin Abdu Nabi Bin Abdu Ar Rosul At Thori Makkah Al Mukarromah, dan Sayyid Sholeh Al Rois Al Zamzami Al Makky juga dari Makkah

Beliau Habib Syeh selain seorang yang berilmu tinggi dalam ilmu Agama, juga seorang yang memiliki kesaktian yang tinggi (Waskito, dalam bahasa jawa). seperti menguasai 47 bahasa, memperpendek jarak tempuh, mengetahui sesuatu yang akan terjadi dan lain lainya sebagai bukti dari Karomah kewalian beliau. Konon kemudahan dalam berda’wah dan mengajarkan ilmunya di Surabaya, beliau dapatkan setelah mampu mengislamkan salah satu gubernur VOC di Surabaya wasilah berkah karomah kewalian beliau,  berawal dari kedatangan seorang putri Gubernur VOC kepada beliau dan berkeluh kesah bahwa ia sangat rindu sekali kepada ibunya yang di Netherland. kemudian Al Habib Syeh menyuruh putri Gubernur VOC tersebut membuat surat dan Ia berjanji membantunya untuk mengirim surat tersebut ke ibunya di Netherland, dengan rasa gembira maka sang putri Gubernur membuat surat dan menyerahkannya kepada Habib Syeh, tidak lama berselang dari waktu ia menyerahkan surat, Habib Syeh datang membawa surat balasan dengan bahasa Netherland yang ditanda tangani oleh ibunda sang putri, sang putri kagum campur tidak percaya, dalam hatinya berkecamuk penuh tanda tanya dan terheran-heran, namun ia tak bisa mengingkari bahwa surat yang diterimanya adalah betul-betul tulisan ibundanya. Beberapa bulan kemudian sang Gubernur pulang  ke Netherland beserta putrinya dengan maksud menjemput istrinya ikut ke Surabaya, sesampainya mereka berdua di Netherland justru sang Istri Gubernur marah sekali pada Suami dan Anaknya karena telah menyuruh seseorang mengantar surat jauh-jauh dari tanah Jawa ke Netherland. Semakin kagumlah keluarga tersebut kepada Al Habib Syeh, dan dengan Ikhlas keluarga tersebut masuk Islam, setelah itu keluarga ini banyak membantu serta memberikan fasilitas kemudahan bagi pengajaran ilmu dan da’wah yang dilakukan Al Habib Syeh.

Disamping mengajarkan ilmu Agama seperti Ilmu Fiqih, Ilmu Tuhid, dan Ilmu Tasawwuf, (diterangkan dalam Kitab ‘Iqdul farid fi Jawahiril Asanid karangan Syeh Yasin Al padany beliau termasuk salah satu sanad Ilmu Fiqih dan Ilmu Hadits di Indonesia), selain itu beliau juga menguasai dan bahkan menjadi Mursyid dari berbagai Aliran Thoriqoh seperti Thoriqoh Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah, Thoriqoh As Syadzaliyyah, Thoriqoh As Sammaniyyah dan lain-lainnya bahkan beliau mengusai Thoriqoh Mahabbaturrosul (sebuah amalan bacaan Sholawat yang bersifat husus dan dilaksanakan bersama-sama serta tidak perlu Baiat ) beliau Al Habib Syeh sangat giat menyebarkan Amalan bacaan sholawat ini kepada masyarakat dan santri – santriNya,  dengan lantunan lagu dan Syair yang bersifat husus bersumber dari kitab Diwan Hadroh sambil dipadukan dengan iringan irama rebana yang oleh para santri dan masyarakat kegiatan tersebut disebut dengan kegiatan Hadro-an.

Beliau meninggal dunia diusia 77 tepatnya pada Bulan Syawwal Tahun 1289 H. atau Tahun 1888 M dan jasad beliau yang mulya dikebumikan ditempat beliau mengajar yaitu Boto Putih. Kemudian sepeniggal beliau, Amalan Bacaan Sholawat tersebut tetap dilaksanakan dan dilestarikan oleh murid – muridNya, banyak murid beliau selain mengusai Ilmu Agama juga menguasai Toriqoh Mahabbah Rosul dengan Hadroh Nya antara lain :
1.      Al Habib Abdulloh Bin Muhammad Bafaqih beliau wafat di Boto Putih
2.      Al Habib Ling Ba Nahsan beliau Wafat di Pegirian Surabaya.
3.      Al Habib Segaf As Segaf  Beliau Juga Wafat di Pegirian Surabaya.
4.      KH. Abdurrohman, beliau Lahir di Pegadangan Sidoarjo dan wafat Di Makkah Al Mukarromah.
5.      Syekh Ubaidah, beliau adalah salah satu Sanad Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah Al Habib Lutfi dengan urutan Habib Lutfi dari Habib malik, dari Habib Ilyas, dari Syeh Ubaidah.
6.      Syeh Abd Aziz bin Abd Somad Al Bimawi Nusa Tenggara Barat.
7.      Al Habib Umar Bin Thoha Bin Yahya Sindang laut Indra Mayu Cirebon, beliau adalah Guru KH. Sholeh darat Semarang dengan sanad dari KH Idris Losari dari Habib Umar Bin Thoha bin Yahya.
8.      Syeh Abdurrohman Al Baweani, Masyhurnya dari Madura namun sebenarnya dari Bawean Gresik.
Dari Syeikh Abdurrohman Bawean inilah, Ilmu dan Amalan Mahabbah Rosul dengan Hadrohnya terus lestari dan tetap ada sampai saat ini, beliau dikaruniahi putra yaitu KH. Abdul Hadi yang juga mengusai Ilmu tersebut, dikemudian hari beliau KH Abdul Hadi mendapatkan jodoh dari Pasuruan yang masih Cucu Mbah Hasan Sanusi (Mbah Slaga) Bin Sa’ad Bin Syakaruddin Bin Habib Sholeh Semendi Bin Sultan Hasanuddin Bin Syarif Hidayatulloh Cirebon yang lebih Masyhur dengan sebutan Sunan Gunung jati. Dari perkawinan KH. Abdul Hadi Dan Putri Pasuruan ini lahir seorang yang berilmu tinggi dibidang Agama (Faqih) dan juga mengusai Ilmu dan Amalan Mahabbah Rosul dengan Hadrohnya yaitu KH. ABDURROKHIM BIN ABDUL HADI. Konon beliau KH Abdul hadi wafat di Makkah Al Mukarromah saat beliau menunaikan Ibadah Haji dan dimakamkan disana.

0 komentar: